MERDEKA DALAM KRISTUS - Yohanes 8:30-36
Hari ini sebagai bagian dari anak bangsa, kita
bersama memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan negara kita yang ke 69 tahun. Definisi kata MERDEKA menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
a. Bebas (dari perhambaan,
penjajahan, dsb); berdiri sendiri
b. Tidak terkena
atau lepas dr tuntutan
c. Tidak terikat,
tidak bergantung kpd orang atau pihak tertentu; leluasa
Add caption |
Dari definisi tersebut di atas, maka banyak orang berpikir bahwa kemerdekaan itu berarti bebas dari segala ikatan apa pun (otonom) dan kebebasan semacam
itu amat menyenangkan. Tetapi, otonomi semacam itu tidak mungkin terwujud
karena Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang selalu terikat dengan
sesuatu di luar diri kita. Yang harus kita pikirkan adalah apakah kita sudah mengikatkan diri pada hal yang benar dan bagaimana kita dapat
hidup sesuai dengan identitas orang yang sudah mengalami kemerdekaan dalam
Kristus.
Dalam perikop Yohanes
8:30-36 merupakan percakapan antara orang-orang Yahudi dengan Tuhan Yesus
ketika mengajar di Bait Allah dan banyak orang-orang Yahudi percaya kepada -Nya
(v.30). Percakapan ini terjadi
sesaat setelah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada Tuhan
Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah (v.20). Dalam percakapan itu, Tuhan Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya
itu bahwa kita
benar-benar menjadi murid-Nya bila kita tetap di dalam Firman-Nya (v.31). Kata “tetap” berasal dari
bahasa Yunani “menō” yang berarti sekali
tinggal dan tetap. Kata “meno” ini muncul lagi dalam Yohanes 15 dalam pembahasan tentang pokok anggur yang mengajarkan
bahwa di luar Kristus kita akan mati, tidak bisa apa-apa. Jadi kita harus
tinggal di dalam Kristus, di dalam Firman-Nya, hidup di dalam Firman-Nya,
terkait dengan Dia, seperti carang dengan pokoknya, tidak boleh pernah
dilepaskan, dimana ada aliran hidup yang mengalir dari Dia dan bergantung
sepenuhnya kepada Dia. Kita sangat menjunjung tinggi Alkitab, dengan slogan Sola Scriptura dan Sola yang lain(Sola Christo, Sola Gratia, Sola Fide)hingga Soli Deo Gloria. Bagi ajaran Reformed,
Firman memiliki signifikansi yang begitu tinggi, karena mereka sadar hidupnya
sangat bergantung dan berdasarkan pada Firman. Orang Reformed sadar bahwa
mereka bisa menjadi Kristen, bisa lahir baru, bisa bertumbuh, bisa menjadi
sehat rohani, disucikan, mengalami pengudusan progresif, mendapatkan
penghiburan, mendapatkan kekuatan rohani, dibentuk, diubahkan, diperlengkapi,
diberi kuasa untuk memberitakan Firman, semuanya itu adalah melalui Firman.
Tanpa Firman, kita akan tersesat, dan menjadi berdosa. Karena itu, bagi orang
Kristen yang sejati, Firman itu harus dicintai dan dipelajari dengan rajin.
Pengajaran yang simpang siur harus diteliti. Kita harus minta pimpinan Tuhan
dalam mempelajari dan menggumulkan kebenaran Firman. Kita seringkali sudah tahu
kebenaran Firman tapi masih saja melanggarnya, tidak mau melakukannya. Kita
harus selalu menggumulkan Firman Tuhan, agar Firman Tuhan tidak hanya sebagai
slogan tetapi memiliki kuasa memerdekakan, yang mengubah hidup kita. Inilah
orang Kristen yang merdeka
Dalam ayat 32 mengandung 3 konsep yang sangat penting dalam
semua pemikiran manusia, yaitu Pengetahuan,
Kebenaran dan Kemerdekaan. Kata mengetahui (ginosko) terdapat 56 kali dalam Injil Yohanes, yang
mengandung arti pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman. Sedangkan ketika kita berbicara kebenaran, maka Kebenaran itu
dirumuskan sebagai kenyataan yang disingkapkan dan yang berpusat pada Yesus
Kristus sendiri (ayat 36: 6 Jadi apabila
Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka). Sebagai
kontrasnya ialah orang-orang Yahudi pada zaman Tuhan
Yesus, yang walaupun Yesus hadir di depan mata mereka, tetapi mereka justru
menolak Dia, bahkan membanggakan kemerdekaan mereka. Bukan saja kemerdekaan
sebagai bangsa, tetapi juga kemerdekaan sebagai perorangan. Mereka berkata:
"Kami adalah keturunan Abraham dan
tidak pernah menjadi hamba siapapun." (v.33). Mereka berkata: "Kami bukan budak! Kami bukan milik orang lain! Kami adalah orang-orang
merdeka. Kami adalah Tuhan atas diri kami sendiri!" Orang-orang Yahudi sama dengan
bangsa-bangsa lainnya menganggap diri lebih tinggi, lebih berharga, karena
mempunyai kemerdekaan. Mereka
membangga-banggakan kemerdekaan itu, sebagai warisan yang mereka terima
daripada leluhur.
Nampaknya mereka merdeka, karena dapat melakukan apa yang dikehendaki,
dapat membuat keputusan, dan mengambil tindakan-tindakan. Tetapi sebenarnya
tidak demikian halnya. Karena kalau kulit kemerdekaan yang nampak itu
dikupas, akan kelihatanlah manusia yang terikat, terbelenggu, meringkuk di
bawah suatu pemerintah mutlak, suatu pemerintahan diktator yang bernama dosa.
Sejak peristiwa pemberontakan di Taman Eden
manusia tidak mengenal lagi arti kata kemerdekaan yang sebenarnya. Sejak
kejatuhan di Taman Eden itu, manusia sudah terjual, tertakluk, menjadi milik kepada kekuasaan
yang bernama dosa. Sejak waktu itu manusia tidak melakukan lagi apa yang
dikehendaki seperti disangkanya, melainkan ia melakukan apa yang dikehendaki
oleh tuannya yang memerintah dia, yaitu dosa. Sejak itu -- dan seterusnya --
manusia menjadi budak, tidak lagi orang merdeka. Ia hamba yang patuh kepada
kuasa dosa, bukan lagi manusia yang bebas. Itulah pula yang dimaksud ketika
Kristus berkata: "Setiap orang yang
berbuat dosa, adalah budak dosa." (v.34). Artinya: siapa berbuat dosa, ia bukan tuan lagi, tetapi
budak! Sebagai budak, manusia taat dan patuh terhadap segala yang diperintahkan
dosa itu kepadanya, dan sebagai tuan, dosa itu memberi upah kepada segala
hambanya. Apakah upah itu? Rasul Paulus berkata, "Upah dosa ialah maut" (Roma 6:23). Maut! Itulah upah! Nyata bahwa dosa itu tuan yang kejam sekali. Ia
memberikan upah yang buruk sekali, yaitu kematian. Dan
kematian itu diberikannnya kepada semua orang. Tidak ada yang terkecuali. Semuanya
telah menjadi hamba dosa, dan memperoleh
upah yang sama." Sadarkah kita akan kasih-karunia Allah ini? Dan tahukah kita, bahwa
Kristus sudah mewujudkan kemerdekaan kita, sehingga kta yang tadinya menjadi
hamba dosa, sekarang telah menjadi anak-anak Allah. Marilah kita meletakkan kemerdekaan
kita di dalam kemerdekaan yang dikerjakan Kristus. Biarkanlah kemerdekaan yang
dikaruniakan Kristus menjiwai segala kemerdekaan lain yang sedang kita
cita-citakan, dan yang sedang kita perjuangkan. Marialh
kita memasuki pesta kemerdekaan dengan komitmen ingin bebas dari ikatan dunia yang memperbudak hidup kita – termasuk
egoisme, kesombongan, harta, jabatan, seks, ketamakan, dan hal-hal lain yang
bisa membuat kita berdosa dan kita harus mengikatkan diri pada firman Tuhan.
Kemerdekaan dalam Kristus akan kita peroleh bila kita taat dan rela mendisiplin
hidup kita dengan membaca, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan. Membaca dan
merenungkan Alkitab setiap hari dan segera menerapkannya pada hari itu juga
adalah langkah sederhana untuk hidup di dalam Kristus. Kiranya Tuhan menolong
kita. Ringkasan khotbah, Minggu 17 Agustus 2014 oleh Ev. TAN HWA SAN
0 komentar:
Posting Komentar