Ringkasan khotbah, Minggu 17 Agustus 2014 oleh Ev. TAN HWA SAN

MERDEKA DALAM KRISTUS - Yohanes 8:30-36
Hari ini sebagai bagian dari anak bangsa, kita bersama memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan negara kita yang ke 69 tahun. Definisi kata MERDEKA menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
a.     Bebas (dari perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri
b.     Tidak terkena atau lepas dr tuntutan
c.     Tidak terikat, tidak bergantung kpd orang atau pihak tertentu; leluasa
Add caption
Dari definisi tersebut di atas, maka banyak orang berpikir bahwa kemerdekaan itu berarti bebas dari segala ikatan apa pun (otonom) dan kebebasan semacam itu amat menyenangkan. Tetapi, otonomi semacam itu tidak mungkin terwujud karena Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang selalu terikat dengan sesuatu di luar diri kita. Yang harus kita pikirkan  adalah apakah kita sudah mengikatkan diri pada hal yang benar dan bagaimana kita dapat hidup sesuai dengan identitas orang yang sudah mengalami kemerdekaan dalam Kristus.
Dalam perikop Yohanes 8:30-36 merupakan percakapan antara orang-orang Yahudi dengan Tuhan Yesus ketika mengajar di Bait Allah dan banyak orang-orang Yahudi percaya kepada -Nya (v.30). Percakapan ini terjadi sesaat setelah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada Tuhan Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah (v.20). Dalam percakapan itu, Tuhan Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya itu  bahwa kita benar-benar menjadi murid-Nya bila kita tetap di dalam Firman-Nya (v.31). Kata “tetap” berasal dari bahasa Yunani “menō” yang berarti sekali tinggal dan tetap. Kata “meno” ini muncul lagi dalam Yohanes 15 dalam pembahasan tentang pokok anggur yang mengajarkan bahwa di luar Kristus kita akan mati, tidak bisa apa-apa. Jadi kita harus tinggal di dalam Kristus, di dalam Firman-Nya, hidup di dalam Firman-Nya, terkait dengan Dia, seperti carang dengan pokoknya, tidak boleh pernah dilepaskan, dimana ada aliran hidup yang mengalir dari Dia dan bergantung sepenuhnya kepada Dia. Kita sangat menjunjung tinggi Alkitab, dengan slogan Sola Scriptura dan Sola yang lainSola Christo, Sola Gratia, Sola Fidehingga Soli Deo Gloria. Bagi ajaran Reformed, Firman memiliki signifikansi yang begitu tinggi, karena mereka sadar hidupnya sangat bergantung dan berdasarkan pada Firman. Orang Reformed sadar bahwa mereka bisa menjadi Kristen, bisa lahir baru, bisa bertumbuh, bisa menjadi sehat rohani, disucikan, mengalami pengudusan progresif, mendapatkan penghiburan, mendapatkan kekuatan rohani, dibentuk, diubahkan, diperlengkapi, diberi kuasa untuk memberitakan Firman, semuanya itu adalah melalui Firman. Tanpa Firman, kita akan tersesat, dan menjadi berdosa. Karena itu, bagi orang Kristen yang sejati, Firman itu harus dicintai dan dipelajari dengan rajin. Pengajaran yang simpang siur harus diteliti. Kita harus minta pimpinan Tuhan dalam mempelajari dan menggumulkan kebenaran Firman. Kita seringkali sudah tahu kebenaran Firman tapi masih saja melanggarnya, tidak mau melakukannya. Kita harus selalu menggumulkan Firman Tuhan, agar Firman Tuhan tidak hanya sebagai slogan tetapi memiliki kuasa memerdekakan, yang mengubah hidup kita. Inilah orang Kristen yang merdeka
                Dalam ayat 32 mengandung 3 konsep yang sangat penting dalam semua pemikiran manusia, yaitu Pengetahuan, Kebenaran dan Kemerdekaan.  Kata mengetahui (ginosko) terdapat 56 kali dalam Injil Yohanes, yang mengandung arti pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. Sedangkan ketika kita berbicara kebenaran, maka Kebenaran itu dirumuskan sebagai kenyataan yang disingkapkan dan yang berpusat pada Yesus Kristus sendiri (ayat 36: 6 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka). Sebagai kontrasnya ialah orang-orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus, yang walaupun Yesus hadir di depan mata mereka, tetapi mereka justru menolak Dia, bahkan membanggakan kemerdekaan mereka. Bukan saja kemerdekaan sebagai bangsa, tetapi juga kemerdekaan sebagai perorangan. Mereka berkata: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun." (v.33). Mereka berkata: "Kami bukan budak! Kami bukan milik orang lain! Kami adalah orang-orang merdeka. Kami adalah Tuhan atas diri kami sendiri!" Orang-orang Yahudi sama dengan bangsa-bangsa lainnya menganggap diri lebih tinggi, lebih berharga, karena mempunyai kemerdekaan. Mereka membangga-banggakan kemerdekaan itu, sebagai warisan yang mereka terima daripada leluhur.
Nampaknya mereka merdeka, karena dapat melakukan apa yang dikehendaki, dapat membuat keputusan, dan mengambil tindakan-tindakan. Tetapi sebenarnya tidak demikian halnya. Karena kalau kulit kemerdekaan yang nampak itu dikupas, akan kelihatanlah manusia yang terikat, terbelenggu, meringkuk di bawah suatu pemerintah mutlak, suatu pemerintahan diktator yang bernama dosa. Sejak peristiwa pemberontakan di Taman Eden manusia tidak mengenal lagi arti kata kemerdekaan yang sebenarnya. Sejak kejatuhan di Taman Eden itu, manusia sudah terjual, tertakluk, menjadi milik kepada kekuasaan yang bernama dosa. Sejak waktu itu manusia tidak melakukan lagi apa yang dikehendaki seperti disangkanya, melainkan ia melakukan apa yang dikehendaki oleh tuannya yang memerintah dia, yaitu dosa. Sejak itu -- dan seterusnya -- manusia menjadi budak, tidak lagi orang merdeka. Ia hamba yang patuh kepada kuasa dosa, bukan lagi manusia yang bebas. Itulah pula yang dimaksud ketika Kristus berkata: "Setiap orang yang berbuat dosa, adalah budak dosa." (v.34). Artinya: siapa berbuat dosa, ia bukan tuan lagi, tetapi budak! Sebagai budak, manusia taat dan patuh terhadap segala yang diperintahkan dosa itu kepadanya, dan sebagai tuan, dosa itu memberi upah kepada segala hambanya. Apakah upah itu? Rasul Paulus berkata, "Upah dosa ialah maut" (Roma 6:23). Maut! Itulah upah! Nyata bahwa dosa itu tuan yang kejam sekali. Ia memberikan upah yang buruk sekali, yaitu kematian. Dan kematian itu diberikannnya kepada semua orang. Tidak ada yang terkecuali. Semuanya telah menjadi hamba  dosa, dan memperoleh upah yang sama." Sadarkah kita akan kasih-karunia Allah ini? Dan tahukah kita, bahwa Kristus sudah mewujudkan kemerdekaan kita, sehingga kta yang tadinya menjadi hamba dosa, sekarang telah menjadi anak-anak Allah. Marilah kita meletakkan kemerdekaan kita di dalam kemerdekaan yang dikerjakan Kristus. Biarkanlah kemerdekaan yang dikaruniakan Kristus menjiwai segala kemerdekaan lain yang sedang kita cita-citakan, dan yang sedang kita perjuangkan. Marialh kita memasuki pesta kemerdekaan dengan komitmen ingin bebas dari ikatan dunia yang memperbudak hidup kita – termasuk egoisme, kesombongan, harta, jabatan, seks, ketamakan, dan hal-hal lain yang bisa membuat kita berdosa dan kita harus mengikatkan diri pada firman Tuhan. Kemerdekaan dalam Kristus akan kita peroleh bila kita taat dan rela mendisiplin hidup kita dengan membaca, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan. Membaca dan merenungkan Alkitab setiap hari dan segera menerapkannya pada hari itu juga adalah langkah sederhana untuk hidup di dalam Kristus. Kiranya Tuhan menolong kita. 
Ringkasan khotbah, Minggu 17 Agustus 2014 oleh Ev. TAN HWA SAN

0 komentar:

Posting Komentar