Ringkasan khotbah Minggu, 14 September 2014 oleh Ev. KRISNA KUNCARA YUGA



Hidup Rohani Orang Kristen - KPR 2:41-47
Dalam konteks kehidupan iman Kristen, iman itu tidak bisa dilepaskan dari perbuatan yang sering kita pahami sebagai sebuah INTEGRITAS. Yesus pernah menegur dengan keras orang Farisi dan Ahli Taurat dalam Matius 23 karena mereka memiliki hidup yang tidak berintegritas. Yesus mengajar para murid untuk berani berkata benar dan meneladankan kehidupan yang sesuai dengan apa yang Dia ajarkan.  Oleh karena itu, bagi setiap orang Kristen pada masa kini pun berlaku bahw
a hidup rohani itu bukan hanya sesuatu yang ada di dalam hati dan kita nikmati seorang diri, atau sekedar perilaku yang baik namun hatinya penuh dengan kebusukan. Hidup rohani orang kristen adalah hidupyang diisi dengan keselarasan hati dan tindakan dalam menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Keselarasan antara hati dan tindakan inilah yang menjadi CIRI UTAMA KEHIDUPAN ROHANI jemaat mula-mula sehingga dalam ay.47b dikatakan “mereka disukai semua orang.”  Hidup rohani jemaat mula-mula ditunjukkan melalui :
1.   Hidup dalam PERUBAHAN PERILAKU yang nyata (ay.42) yaitu :
Pertama, mereka bertekun untuk BELAJAR FIRMAN ALLAH, secara khusus belajar tentang kebenaran-kebenaran rasuli. Mereka tidak lagi datang untuk hanya untuk mempersembahkan korban, namun mereka mau belajar firman Allah. Artinya, setiap orang-orang yang memiliki Roh Kudus dan Firman dalam hidupnya, memiliki kerelaan dan kerendahan hati untuk dididik dan diajar oleh firman Allah, karena “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengAJAR, untuk meNYATAKAN kesalahan, untuk memPERBAIKI kelakuan dan untuk menDIDIK orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16)
Kedua, mereka hidup dalam PERSEKUTUAN. Mereka tidak lagi datang untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri akan pengampunan dosa, namun belajar untuk peduli dan memenuhi kebutuhan orang lain juga. Bukankah di dalam persekutuan, kita dilatih TUHAN, untuk mengembangkan mutual dependency (:kebergantungan yang saling menguntungkan) dan menjadi orang dewasa rohani sesuai dengan ajaran untuk  Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!” (Galatia 6:2)
Ketiga, mereka selalu berkumpul untuk MEMECAHKAN ROTI yang melaluinya jemaat diajar untuk memberitakan Firman, tidak hanya secara verbal, namun juga melalui tindakan dan perilaku. Itu sebabnya ketika kita menerima roti dan anggur perjamuan kudus, pendeta selalu mengatakan, “melalui perjamuan kudus ini kita memberitakan kematian Tuhan sampai Tuhan datang kembali.”
Keempat, mereka bersehati berDOA. Mereka tidak lagi datang untuk didoakan oleh para imam, namun belajar untuk berdoa dan mendoakan secara langsung. Ingatlah, Doa-doa kita dapat menjadi sarana untuk Tuhan bekerja di dalam kehidupan dunia ini.
2.   Hidup dalam KEBIASAAN ROHANI yang baik dan benar.
Perubahan perilaku yang dialamai oleh jemat mula-mula tidak hanya berhenti di tempat. Dengan pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, mereka terus MAU MENGULANG dan MEMPRAKTEKKAN perubahan perilaku itu sampai menghasilkan KEBIASAAN ROHANI yang baik dan benar.Dalam ayat 44-47a, kita membaca adanya perilaku-perilaku yang menjadi kebiasaan-kebiasaan. Ini dapat dilihat dari beberapa istilah yang digunakan:
Ø  Ayat 44, “Dan semua orang yang telah menjadi percaya ‘tetap bersatu’ (perilaku menjadi kebiasaan), dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.”
Ø  Ayat 45, “dan ‘selalu ada’ (perilaku menjadi kebiasaan) dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.”
Ø  Ayat 46a, “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul ‘tiap-tiap hari’ (perilaku menjadi kebiasaan) dalam Bait Allah.
Ø  Ayat 46b-47a, Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir’ (perilaku menjadi kebiasaan) dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.”

Firman Tuhan ini mengajak kita untuk terus membangun kebiasaan-kebiasaan rohani atau kebiasaan-kebiasaan yang baik seperti 1 Korintus 15:33 menyatakan, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan KEBIASAAN YANG BAIK. Kebiasaan baik yang muncul sebagai buah pekerjaan Roh Kudus dan FirmanNya di dalam kita, menghasilkan budaya yang berdampak kekal bagi kehidupan oranglain/bagi dunia.
Bagaimana dengan hidup kita...? Sudahkah memiliki kebiasaan yang baik dan melaluinya kita disukai oleh semua orang...?
Ringkasan khotbah Minggu, 14 September 2014 oleh Ev. KRISNA KUNCARA YUGA

Ringkasan khotbah 7 September 2014 oleh Ev. ANAM PENI ASIH



Nazar 
 Ulangan 23:21-23; Hakim-hakim 11:29-40
Diantara kita pernah mendengar kata Nazar. Bolehkah kita bernazar ? Menurut firman Tuhan apa artinya Bernazar ? *) Nazar artinya berjanji atau bersumpah. *) Berjanji yang dimaksud di sini adalah berjanji kepada Tuhan. *) Dalam bernazar biasanya jika keinginannya di masa yg akan dtg tercapai akan melakukan sesuatu untuk Tuhan. *) Nazar diucapkan secara sukarela bukan karena terpaksa. Sebelum mengucapkan nazar, perlu dipikirkan dgn sungguh-sungguh. Karena mrpkan janji kpd Tuhan yg harus dipenuhi dan tidak boleh dibatalkan dgn alasan apapun. Melalui Musa Allah memerintahkan bangsa Israel spy dlm mengucapkan Nazar harus berhati-hati dan bertanggung jawab. Bukan bernazar karena emosi. Bernazar atau tidak bernazar tidak berdosa. Yang berdosa adalah jika bernazar tetapi tdk menepatinya. Jangan bernazar namun tidak tahu artinya bernazar dan tdk tahu konsekuensi yg akan diterima jika tdk ditepati. Jadi jika akan bernazar kita harus tahu dpt menepati apa yg kita janjikan kpd Tuhan. Dalam Alkitab di kisahkan mengenai orang yg bernazar kepada Tuhan yg bernama Yefta. Pada suatu hari Yefta bernazar kpd Tuhan jika Tuhan menyerahkan bani Amon pdnya maka apapun yg keluar dari pintu rumahnya utk menemuinya pd waktu ia kembali dgn selamat dari bani Amon, itu akan mjdi kepunyaan Tuhan dan Yefta akan mempersembahkannya sbg korban bakaran. Ternyata Tuhan menyerahkan bani Amon kpd Yefta. Tetapi ketika Yefta pulang ke rumahnya ? anak perempuan satu2xnya menyambut Yefta dgn dgn memukul rebana dan menari-nari. Yefta mengatakan, anakku engkau membuat hatiku hancur, aku telah bernazar kpd Tuhan dan tdk dpt aku mundur. Anaknya Yefta  mengatakan,” bapa jika engkau telah bernazar kpd Tuhan, perbuatlah sesuai dgn nazar yg kau ucapkan krn Tuhan telah memberikan kemenangan melawan bani Amon. Kemudian Yefta memenuhi nazarnya sekalipun hatinya sangat hancur, sedih dan kecewa (v.35). Siapa yang boleh bernazar ? Seorang laki-laki dan perempuan boleh bernazar. Dlm PL (Bil. 30:1-16) Jika seorang laki-laki bernazar ia harus bertanggung jawab  sesuai dgn dgn yg diucapkan pd Tuhan. Ketika bernazar tanpa minta persetujuan dari isteri atau anak.  Hal ini berbeda dgn seorang perempuan yg bernazar : Jika perempuan ini belum berumah tangga harus minta persetujuan dari ayahnya, jika ayahnya setuju maka nazar itu berlaku, jika ayahnya menolak atau melarang nazarnya, maka tdk berlaku. Jika yg bernazar itu adalah seorang perempuan yg sdh mempunyai suami, nazarnya berlaku jika ada persetujuan suami, bila suami menolak nazarnya tdk berlaku.
Hana bernazar jika Tuhan memberinya seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan anak tersebut kpd Tuhan seumur hidupnya (1 Samuel 1:10-11). Satu tahun kemudian Hana mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Hana memberinya nama Samuel. Satelah Samuel disapih, Hana memenuhi nazarnya dgn mempersembahkan Samuel kpd Tuhan (1 Sam 1:27-28) Hana berkata untuk mendapat anak ini aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yg  ku minta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkan ia kepada TUHAN.
Apa kaitannya dgn kehidupan kita sbg orang percaya saat ini ?
1.    Ingatlah dlm bernazar kita harus tahu, bhw kita bernazar kpd Tuhan harus ditepati.
2.    Lebih baik tdk bernazar dari pada  bernazar namun tdk kita tepati. Karena jika tdk kita tepati bernazar itu berdosa.
3.    Bernazar bukan mrp suatu keharusan. Bernazar atau tdk bernazar bukan dosa, yg berdosa adalah jika kita tdk menepati nazar yg sdh kita ungkapkan kpd Tuhan.
Janganlah kita bernazar namun akhirnya kecewa dan memenuhi nazarnya krn terpaksa spt Yefta. Tetapi mari belajar dari seorang HANA yg memenuhi nazarnya dgn sukacita shg ia merasakan kebahagiaan ketika yg diinginkan terlaksana.
Ringkasan khotbah 7 September 2014 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

Ringkasan khotbah Minggu, 31 Agustus 2014 oleh dr. HARRY RATULANGI



Campur tangan TUHAN 
Markus 4:35-41
 Pertanyaan yang sering membingungkan banyak orang adalah “mengapa saya sudah taat, patuh, setia, rajin mengikut Tuhan kok, masih ditimpa musibah ?”
Bila ini dijawab sembarangan, akan dapat membuat orang tersebut mundur dalam imannya kepada Tuhan karena mereka menganggap Tuhan sudah tidak peduli kepadanya dan tidak mau ikut campur tangan dalam kehidupannya.
Bacaan kita hari ini bisa menolong kita menjawab pertanyaan ini dengan tepat.
Dalam ayat 35 kita membaca bahwa ide dan kehendak  untuk menyebrang danau itu dari Tuhan Yesus. Dalam ayat 36 kita membaca bahwa Tuhan Yesus ikut diperahu bersama murid-murid-Nya. Dari dua ayat ini kita memperkirakan bahwa perjalanan mereka pasti mulus, tidak ada masalah.
Dalam ayat 37 kita membaca bahwa mereka ditimpa angin ribut yang amat dahsyat dan perahu mereka mulai penuh dengan air.
Jadi, walaupun perjalanan itu ide dan kehendak Tuhan bahkan Tuhan ada bersama mereka, namun badai yang sangat dahsyat bisa terjadi.
Akan tetapi kita membaca juga bahwa Tuhan Yesus tetap ada diperahu bersama mereka. Tuhan Yesus tidak berdiam diri. Ketika muridnya meminta pertolongan-Nya, Ia bertidak. Akibatnya badai yang sangat dahsyat itu diredakan dan laut menjadi tenang sekali. Tuhan Yesus pasti tidak membiarkan dan tidak meninggalkan murid-murid-Nya. Jadi, bila ada sesuatu yang tidak kita inginkan  terjadi dalam kehidupan kita sikap kita adalah :
1.       Yakinlah Tuhan Yesus tetap di “perahu” bersama kita. Ia berjanji akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20).
2.       Jangan panik ! Orang panik sering mengambil keputusan yang salah yang akan membahayakan dirinya.
3.       Jangan menghadapi dengan kekuatan sendiri !. Kita banyak kelemahan, kekurangan, ketidak mampuan tidak bisa diandalkan (Yeremia 17:5).
4.       Cari Tuhan Yesus !
Dia adalah Allah yang Mahakasih yang mengasihi kita lebih dari nyawa-Nya sendiri, jadi tidak mungkin Dia akan membiarkan kita celaka, rugi, malu dan kecewa.
Dia juga adalah Allah yang Mahakuasa yang sanggup melakukan hal yang mustahil.
5.       Percaya kepada-Nya!
Dalam ayat 40, Tuhan Yesus menegur murid-murid-Nya mengapa mereka takut dan mengapa mereka tidak percaya? Tuhan Yesus ingin kita percaya penuh kepada-Nya dan janji-janji dalam Firman-Nya, karena Dia tidak pernah punya niat jahat kepada kita dan Dia selalu siap campur tangan untuk menolong kita.
Akhirnya marilah membaca janji Tuhan dalam Yesaya 41:10.
Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.
Ringkasan khotbah Minggu, 31 Agustus 2014 oleh dr. HARRY RATULANGI