Berjalan
di jalan Tuhan
1 Raja-raja 17:7-16
Kemarau panjang
yang berlangsung hingga 3 tahun di Tanah Israel pada waktu itu telah
menyebabkan bala kelaparan yang luar biasa. Bagi orang kaya mungkin masih
memiliki beberapa karung gandum dan beberapa buli-buli minyak, tapi bagi
seorang janda di Sarfat yang dikisahkan di bagian Alkitab ini, ia tinggal
memiliki segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli
yang hanya cukup untuk membuat 2 potong roti untuk bisa bertahan hidup hari itu
bersama dengan anaknya. Jalan yang terbentang
di hadapan janda Sarfat itu hanya satu, yaitu tengah berjalan mencari
kayu untuk membuat roti, setelah itu dia beserta anaknya akan memakannya dan
kemudian mereka akan mati karena sudah tidak ada lagi yang bisa dimakan.
Kadangkala kita pun mengalami hal seperti itu, entah menyangkut kesehatan kita,
harta kita atau kehidupan kita di dunia ini, dimana kita merasa apa yang kita
miliki begitu sedikit bagaikan "tepung" yang hanya segenggam dan
"minyak" yang tinggal setetes. Jalan kehidupan kita di dunia ini
seringkali diliputi oleh berbagai macam keputusasaan ketika "yang kita
miliki" tinggal "segenggam" dan "setetes" saja. Kalau
janda tersebut tengah berjalan untuk mencari kayu, kita pun kerap kali tengah
berada di jalan yang sama. Barangkali kita sedang hidup dalam
"kebohongan" atau kita sedang menjalani kehidupan yang penuh dengan
dosa entah itu berjudi, mabuk-mabukan, merokok karena kita tengah berada dalam
keputusasaan.
Dalam situasi yang sangat pelik pada
waktu itu hadirlah Nabi Elia untuk menunjukkan jalan Tuhan yang penuh dengan
pengharapan, yang penuh dengan berkat yang berkelimpahan. Nabi Elia menjanjikan
bahwa tepung dalam tempayan milik si janda itu tidak akan berkurang, minyak
yang ada di dalam buli-buli tidak akan habis sampai berakhirnya musim kemarau yang
panjang itu. Itulah jalan yang Elia tunjukkan kepada janda ini, tentu saja ada
sesuatu yang harus dibuat oleh janda ini untuk mengalami berkat dan kelimpahan
yang Tuhan janjikan. Janda itu harus terlebih dulu membuat sepotong roti untuk
Elia karena itu yang Tuhan kehendaki untuk melihat iman dan ketaatan janda itu
kepada Firman Tuhan. Bersyukur sekali janda tersebut rela mempertaruhkan apa
yang dia miliki untuk mengikuti jalan Tuhan yang Elia tunjukkan kepadanya.
1. Ia rela
melangkah dengan "iman", membuat sepotong roti terlebih dahulu untuk
Elia di tengah kegalauan hidupnya karena ia percaya apa yang dikatakan oleh
Elia itu adalah Firman Allah yang sungguh dan benar. Bersediakah kita di tengah
kegalauan hidup, keputusasaan, kita tidak melangkah berdasarkan pikiran dan
jalan kita sendiri tetapi kita melangkah dengan iman bahwa Allah sekali-kali
tidak akan meninggalkan pergumulan anak-anakNya. Bersediakah kita meninggalkan
jalan kehidupan kita yang penuh dosa dan melangkah dalam ketaatan kepada Firman
Tuhan sehingga kitapun akan mengalami mujizat dalam kehidupan kita bahwa tepung
yang hanya segenggam dan minyak yang hanya sedikit dalam buli-buli dengan
berkat Tuhan akan dapat memenuhi kebutuhan hidup kita tanpa kita harus menempuh
jalan pintas yang sebenarnya merupakan jalan iblis.
2. Ia rela mengutamakan Tuhan lebih daripada
dirinya sendiri. Ia bersedia mempersembahkan apa yang menjadi miliknya
pertama-tama untuk Tuhan dan demi kemuliaanNya. Hal ini juga pernah dikatakan
Tuhan Yesus dalam Injil Matius 6:33 "carilah.. artinya utamakanlah
kehendak Allah, maka sekaliannya yang kamu butuhkan dalam hidup ini akan
ditambahkanNya kepadamu". Jalan yang seringkali kita tempuh ada kalanya
jalan yang begitu egois dimana kita hanya memikirkan kepentingan diri kita, melupakan
kehendak Tuhan yang mulia itu. Melalui janda ini kita diajak untuk mengutamakan
lebih dahulu kerajaanNya dan kehendakNya maka kita akan mengalami jalan yang
penuh berkat. Apa yang Tuhan janjikan benar-benar janda itu alami. Tepung dalam
tempayan dan minyak dalam
buli-buli tiap hari dipakai membuat roti tapi tiap kali tepung dalam tempayan
dan minyak dalam buli-buli tidak pernah berkurang. Itu juga yang pasti akan
kita alami kalau kita dalam menjalani kehidupan ini benar-benar mau
mengutamakan Tuhan. Bahkan ketika tepung tinggal sedikit dan minyak tinggal
beberapa tetes saja artinya ketika kita dalam kesempitan keuangan misalnya,
kita rela memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan seperti persembahan
persepuluhan, kita juga akan mengalami apa yang Tuhan janjikan dalam Maleachi
3:10 bahwa Allah akan mencurahkan berkatNya yang luar biasa di dalam kehidupan
kita. Dalam minimnya kesehatan yang kita miliki ketika kita rela mengutamakan
kehendakNya terus berjalan di jalan Tuhan melayani Dia, Dia pun akan
menambahkan kekuatan yang baru kepada kita. Ringkasan khotbah Minggu 28-09-2014
oleh Pdt. TIMOTIUS I