Ringkasan khotbah Minggu, 4 Oktober 2015 oleh Ev. ANAM PENI ASIH.

UTUSAN KRISTUS 
Matius 10:16
Tentu kita sering mendengar kata utusan atau diutus. Biasanya seseorang yang menjadi utusan berarti seseorang tersebut mendapat tugas untuk menyampaikan pesan atau melaksanakan tugas sesuai dengan yang dikehendaki oleh yang mengutus.  Sedangkan yang mengutus itu bisa manusia bisa Tuhan. Jika yang mengutus manusia, ia belum tentu bahkan bisa saja tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan dialami oleh yang diutus. Tetapi jika yang mengutus adalah Tuhan, Ia tahu dengan pasti apa yang akan dialami oleh yang diutus. Bahkan sebelum mengutus manusia, Tuhan sudah membekali, memperlengkapi yang dibutuhkan utusan untuk melaksanakan perintah atau kehendak-Nya.
Para murid sebelum diutus oleh Tuhan Yesus diperlengkapi dengan segala sesuatu yang dibutuhkan dan Tuhan Yesus juga sudah mengetahui dengan pasti bagaimana dan yang akan dialami para murid. Contoh : Tuhan Yesus sudah mengetahui jika suatu hari nanti Petrus akan menyangkal dan Yudas Iskaryot akan mengkhianati-Nya. Tuhan Yesus pun juga sudah tahu bila Petrus akan menyesali apa yg ia lakukan sementara Yudas Iskaryot akan bunuh diri (Matius 27:5 => Yudas Iskaryot menggantung dirinya).
Dalam  pandangan manusia, Tuhan itu mengutus manusia melaksanakan perintah-Nya tetapi dikelilingi banyak kesulitan dan tantangan. Bisa saja kita berkata mengapa diutus jika sulit. Tuhan Yesus berkata, “Lihat aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala (v.16a) Ini sangat jelas Tuhan Yesus mengutus para murid seperti domba ke tengah-tengah serigala. Dalam kiasan umum yang digunakan dalam budaya Yahudi dan Yunani domba dianggap sebagai binatang yang lemah, tidak berdaya dan melambangkan manusia dalam keadaan yang tidak berdaya sedangkan serigala dianggap sebagai binatang yang berbahaya, ganas dan melambangkan sikap mudah menyerang domba. Dengan jelas di sini Tuhan mengutus para murid seperti domba yang tidak berdaya  ke tengah-tengah serigala yang ganas dab berbahaya. Mengapa Tuhan sengaja mengutus para murid ke tempat yang berbahaya.  Jika dapat menghidar tentu para murid akan menghidar tetapi dalam kenyataannya tidak dapat dihindari harus di hadapi.
Hal ini mengingatkan banyak hal dalam kehidupan kita :
1.    Kita merasa sepertinya sudah tidak berdaya, tidak kuat menghadapi penderitaan, kesulitan, tantangan, persoalan yang ada.
2.    Kita tidak dapat melarikan diri atau menghindar dari realita hidup dengan segala macam permasalahan yang ada. 
3.    Kita harus menghadapi serigala, yang berupa tantangan, permasalahan hidup dalam pekerjaan, keluarga dan lain-lain.   
Tuhan mengutus para murid ditempat yang berbahaya dalam pandangan manusia tetapi Tuhan juga menolong, melindungi, menguatkan dan pada waktunya domba-domba yang yag lemah, yang tidak berdaya itu akan menerima upah yang pantas berada bersama dengan Tuhan. 
Bagaimana seorang utusan dapat melaksanakan yang Tuhan kehendaki ?
1.    Harus cerdik
Cerdik yang dimaksud disini adalah berhati-hati atau waspada, bijaksana dalam menghadapi tantangan.
2.    TULUS
Di sini dikatakan tulus seperti merpati. Penafsir mengatakan supaya tidak merugikan atau membahayakan orang lain karena tantangan yang dihadapi. Contoh karena dikecewakan jangan mengecewakan, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi balaslah dengan kebaikan.       
   Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. "Bila berdiri sendiri, kecerdikan ular itu tidak lebih daripada kelicikan. dan ketulusan seekor merpati tidak lebih baik dari padaKelemahan : tetapi jika digabungkan. kecerdikan ular akan menyelamatkan mereka dari keterbukaan yang tidak perlu terhadap bahaya; dan ketulusan merpati akan mencegah mereka dari cara yang berdosa untuk meloloskan diri dari bahaya tersebut"  
Sebagai utusan Kristus kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Ada orang yang cerdik tapi tidak tulus, ada orang yang tulus tapi tidak bijaksana
Ringkasan khotbah Minggu,  4 Oktober 2015 oleh Ev. ANAM PENI ASIH.