Ringkasan khotbah Minggu, 26 Oktober 2014 oleh Ev. GUMULYA DJUHARTO

REVOLUSI MENTAL 
YEHEZKIEL 18:31-32
Revolusi Mental! Ini slogan yang sering diucapkan Presiden Jokowi saa
t Pilpres lalu dan itu pula yang ingin diwujudkannya bagi Indonesia yang lebih baik. Slogan ini sempat menjadi pertanyaan dari lawan politiknya karena anggapan bahwa “revolusi” itu selalu berkaitan dengan sesuatu yang berdarah-darah, yang menimbulkan friksi dengan orang-orang sekitarnya. Sebenarnya tidak selalu demikian. Revolusi itu intinya menyangkut sesuatu yang seharusnya dikerjakan dengan segera, tidak berlambat-lambat, demi perubahan yang diharapkan, yang segera terwujud. Demikian pula dengan kehidupan rohani. Ada unsur kesegeraan perubahan paradigma dan hidup, yang seharusnya terjadi dalam hidup orang percaya.  Mengapa perlu segera? Karena fakta bahwa natur alami manusia yang merasa sayang untuk meninggalkan tabiat2 lama yang sekilas memberikan kesenangan tetapi efek panjangnya sungguh membawa kerugian bahkan kehancuran permanen.
Demi terjadinya revolusi mental dan rohani, orang percaya perlu membuang kebiasaan yang berdosa. Dalam konteks kehidupan rohani dan perjuangan melawan dosa, orang percaya bisa jadi harus “berdarah-darah” demi terjadinya perubahan. Yang dimaksud “berdarah-darah” pasti bukanlah secara fisik, tetapi perlu ada pengorbanan demi tercapainya perubahan itu. Ada kesaksian dari seorang rekan yang memiliki kebiasaan merokok bak “kereta api” yang tiada henti, yang telah menemani hidupnya selama ± 45 tahun. Akhirnya, dia bertekad untuk melepaskan diri dari kebiasaan buruk itu. Apa yang terjadi? Di hari2 pertama lepas dari kebiasaan merokok, dia merasakan tubuhnya persis seperti pecandu narkoba yang tidak mengisap narkoba lagi: sakau! Badan menggigil dan berkeringat. Tetapi dia rela berkorban demi hidup yang lebih baik. Tentunya ada pertolongan Tuhan di dalamnya. Saya secara pribadi bisa melihat sukacita besar di wajahnya pada waktu dia menceritakan pengalaman hidupnya itu. Bahkan dia menghitung dan memasukkan uang yang biasa digunakan untuk membeli rokok, dan satu bulan itu kira2 600-700 dolar AS!
Demi terjadinya revolusi mental dan rohani, orang percaya perlu hidup dalam ketaatan kepada Tuhan.  Kata yang dipakai oleh LAI adalah “durhaka.” Itu seperti seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya padahal sejak kecil sudah dididik dan dipelihara oleh orang tuanya. Ini pas dengan gambaran orang Israel seperti seorang anak yang dulu dilatih berjalan oleh Tuhanm namun setelah dewasa tidak mengindahkan Tuhan sama sekali (lihat misalnya Hosea 11:1-3). Layakkah orang yang telah diselamatkan Tuhan mencoba2 hidup dalam dosa lagi? Tidak. Kalau kita mungkin pernah tergiur untuk hidup dalam dosa karena melihat orang2 berdosa kok sepertinya hidupnya aman2 saja, tenang2 saja, tidak ada hukuman Tuhan, dst, marilah kita berkomitmen ulang untuk tidak mengkhianati Tuhan yang telah menyelamatkan kita! Kalau kita adalah anak Tuhan yang sempat tersandung dan jatuh dalam dosa, marilah kita cepat bertobat sebelum keadaan rohani kita tambah parah dan memburuk! 
Demi terjadinya revolusi rohani, orang percaya perlu mengalami perubahan dari dalam ke luar.  Dunia sibuk mendekorasi hal2 di luar supaya kelihatan cantik dan indah. Bukankah itu juga tabiat pejabat2 pemerintah? Kalau dikunjungi tokoh penting atau nasional, jalan langsung diperbaiki, tembok di cat rapi, supaya tidak malu dan dibilang tidak profesional. Tetapi apakah ukuran seseorang disebut professional? Apakah saat orang melihat dan memperhatikannya? Tidak! Seorang bertindak profesional karena dia telah terbiasa melakukan kegiatan2 yang penting dan bermanfaat, tidak peduli apakah dia dilihat atau tidak oleh orang lain. Secara rohani juga demikian! Kita tidak disebut rohani hanya karena kita melakukan kegiatan2 rohani, meski itu juga diperlukan. Tetapi orang yang rohani adalah orang yang entah dilihat atau tidak, adalah orang yang melakukan disiplin rohani. Itu semua terjadi …karena hatinya telah berubah! Hanya dengan perubahan hati atau perubahan dari dalam, kita akan mengalami perubahan di luar! Revolusi mental dan rohani haruslah dimulai dari dalam dan mengalir keluar, menghasilkan kebiasaan2 baru yang baik dan berkenan di hati Tuhan.
Marilah kita mewujudkan revolusi mental dan rohani, karena Tuhan tidak menghendaki hati kita mendua. Tuhan ingin kita sepenuh hati dalam mengikuti Tuhan! Biarlah makin lama hidup kita makin menyerupai Kristus.
Ringkasan khotbah Minggu, 26 Oktober 2014 oleh Ev. GUMULYA DJUHARTO

0 komentar:

Posting Komentar