KELUARGA YANG MENYENANGKAN ALLAH
Kejadian 27:1-10
Keluarga yang menyenangkan Allah adalah keluarga yang berpusatkan pada
Kristus dan berlandaskan firman Tuhan yang tertanam dalam hati dan bukan
sekedar peraturan belaka. Artinya firman Tuhan menjadi dasar yang dipraktekkan
dalam kehidupan agar hidup kita makin serupa Kristus bukan dunia ini. Ada
beberapa ciri keluarga yang menyenangkan Allah, yang hidup mempraktekkan Firman
Tuhan demi makin serupa dengan Dia.
Mengedepankan
kejujuran. Atau dengan kata lain tidak ada modus (modal dusta) di antara
kita. Keluarga yang berlandaskan Firman Tuhan dan ingin makin serupa dengan
Kristus haruslah mengedepankan kejujuran dan bukan memiliki rencana-rencana
tersembunyi demi kepentingan diri sendiri. Teks kita menceritakan tentang
keluarga Ishak dimana Ishak ternyata lebih menyayangi Esau sehingga membuat
rencana hanya memberkati Esau sebelum dia mati. Ribka sebaliknya, dia lebih
menyayangi Yakub sehingga mencari cara sedemikian rupa termasuk menghalalkan
segala cara untuk merebut berkat itu demi Yakub anak kesayangannya. Keluarga
tidak mungkin dapat menyenangkan hati Allah kalau masing-masing mengedepankan
kehendak dan kemauan diri sendiri sehingga menyembunyikan sesuatu dan mulai
mempraktekkan kebohongan.
Mengesampingkan
Kesenangan Pribadi Demi Menolong Anggota Yang Lemah. Jelas terlihat bahwa
Ishak menyukai Esau karena 2 alasan. Pertama, karena Esau terlihat macho (gagah
dan lelaki tulen) dan suka berburu sehingga mampu memuaskan kesenangan Ishak.
Kedua, karena Yakub lebih terlihat sebagai orang rumahan dan kurang terlihat
macho. Tetapi apakah itu alasan tepat? Tidak karena bila orang tua menyayangi
salah satu anaknya karena kelebihannya yang dimilikinya, orang tua tersebut
mengabaikan kelemahan anaknya!. Terbukti Esau hanya terlihat macho diluar.
Segera setelah berkat Ishak diberikan kepada Yakub, dia meraung-raung dengan
keras. Esau terlihat rapuh di dalam. Demi menciptakan keluarga yang
menyenangkan Allah, orang tua harus mengesampingkan kesenangan pribadi, khususnya
kepuasan terhadap anak yang dianggap baik, pintar, cakep dsb dan konsentrasi
pada kelemahan anak2 tersebut supaya kita dapat menolongnya untuk mengatasi
kelemahan mereka.
Mengenal
dan mengalami berkat sejati. Kunci masalah dalam teks kita adalah penafsirankonsep
“berkat”. Benarkah hanya satu berkat yang dapat diberikan Ishak keapada
anak2nya ? Perhatikan yang dikatakan Ishak terkait berkat yang akhirnya
diberikan kepada Esau, “.... apabila engkau berusaha sungguh2, engkau akan
melemparkan kuk itu dari tengkukmu (ay.40). Apakah ini gambaran koreksi Ishak
sendiri terhadap konsep berkat yang membuatnya menyusun rencana tersembunyi
hanya untuk memberkati Esau ? Apakah juga ada berkat dari tanah2 tandus ketika
kita sungguh2 mengusahakannya &
bukan hanya berkat dari tanah2 gemuk ? Dari bagian2 lain Alkitab kita menemukan
bahwa berkat sejati bukan sekedar bicara tentang berkat materi melainkan yang
paling pertama dan utama adalah berkat dihati baik itu kedamaian, sukacita dsb
yang biasanya menyebar ke area2 lain dalam hidup kita. Sudahkan kita mengubah
pola berpikir kita bahwa berkat itu hanya berarti uang melimpah, kerjaan
lancar, semua beres ? Bukankah Tuhan dapat mengubah keadaan yang secara manusia
tidak baik ? Bahkan kita diijinkan Tuhan melewati hal2 yang tidak menyenangkan
karena ada berkat2 rohani dari perjuangan iman tersebut ?
Ringkasan khotbah
Minggu, 29 Mei 2016
oleh Pdt. GUMULYA DJUHARTO