Ringkasan khotbah Minggu, 9 Nopember 2014 oleh Pdt. DANI KASTANTO

IBADAH dan KEHIDUPAN  
Keluran 32:1-9


            Gampang sekali orang memisahkan antara yang rohani dan jasmani, sacral dan sekuler. Kalau hari Minggu itu sacral, harus lemah lembut, marahpun dengan hati hati, mendengartkan lagu rohani. Tapi hari biasa ga apa kalau bertengkar, protes , demo, marah, putar lagu pop, dan sejenak melupakan Tuhan tapi serius dlam memikirkan uang dan kenikmatan.
            Ibadah dari kata Abodah yang berarti melayani juga bekerja, yang dilakukan oleh Ebed yaitu pekerja budak atau jongos. Budak itu melayani tuannya dan itu adalah pekerjaannya. Tiap hari bahkan tiap saat budak itu melayani atau bekerja bagi tuannya. Jadi sebenarnya tiap hari haruslah rohani dan sacral bagi setiap orang Kristen. Allah menyertai berarti Allah setiap saat ada disamping orang percaya dan tentunya jangan sampai orang yang dicintainya melukai hatiNya.
            Di bacaan kita tampak umat pilihan Tuhan yaitu bangsa Israel, didepan mata Allah mereka menyembah berhala. Penyembahan kepada lembu emas sebenarnya adalah penyembahan kepada kesuburan dan kesuksesan materi. Jadi mereka bukan menyembah Tuhan sang pemberi berkat, tetapi merekqa menyembah berkatNya. Orang Kristen juga sering terperosok kedalam kasus yang mirip. Disertai Tuhan dan dipercaya mempunyai anak, tetapi justru memberhalakan anaknya dan melupakan Tuhan. Demikian juga orang yang mendewakan pekerjaannya. Kalau kita termasuk disini, mari kita bertobat.
            Apakah orang Israel murtad. Ya karena mereka menyembah sesuatu yang lain dan diidentikkan dengan Allah . Orang Kristen apa bisa murtad? 1 Yoh 10:28, Roma 8:39 menyatakan bila seseorang sudah dipegang oleh Kristus maka pasti tak akan terlepas. Orang percaya yang sungguh dan sudah dipegang oleh Kristus ya pasti tak akan murtad. Kita? Apakah kita udah dipegang oleh Kristus? Kalau belum bertobatlah.

Ringkasan khotbah Minggu, 9 Nopember 2014 oleh Pdt. DANI KASTANTO

Ringkasan khotbah Minggu, 2 Nopember 2014 Ev. ANAM PENI ASIH

HIDUP MEMULIAKAN TUHAN – KPR 4:13-22; Yesaya 43:7

Sesuatu yg wajar sbg anak2 Tuhan jika kita memuliankan Tuhan dlm kehidupan se-hari2. Krn pd dasarnya Tuhan menciptakan manusia bkn spy berbuat semaunya sendiri melainkan spy manusia memuliakan Tuhan yg menciptakan-Nya.  Tujuan memuliakan  Tuhan bkn spy mendapat pujian manusia, ttp sbg wujud kita melaksanakan perintah-Nya.
Dalamm perikop ini, kita melihat imam2, kepala pengawal Bait Allah dan orang2 Saduki KPR 4:1-2) mereka  tidak senang, marah pd  Petrus dan Yohanes. Apa yg membuat mrk marah ?
1.    Tuhan memakai Petrus u/ menyembuhkan seorang laki2 yg lumpuh sejak lahir,  usianya sdh lebih 40 thn, yg waktu itu diletakkan di dekat pintu Gerbang Bait Allah. 
2.    Petrus dan Yohanes memberitakan bhw dlm Yesus ada kebangkitan diantara org mati (kebangkitan setelah kematian) KPR 4:2
3.    Petrus memberitahukan bhw keselamatan hanya ada di dalam Yesus – di bawah kolong langit tdk ada nama lain yg diberikan kpd manusia yg olehnya manusia dpt diselamatkan (KPR 4:12) 
Para imam, orang2 Saduki dan pengawal Bait Allah ini bukan hanya marah pada Petrus dan Yohanes  tetapi juga melarang spy mrk tdk berbicara atau mengajar dlm nama Yesus. Walaupun dilarang, Petrus dan Yohanes mengatakan silahkan kalian putuskan mana yg benar taat pd kalian atau pd Allah. Sebab tdk mungkin bagi kami utk tdk berbicara mengenai yg kami lihat dan dengar (v.19-20) Di sini Petrus dan Yohanes tetap lebih memilih taat pada Tuhan dari pada taat pd manusia. Dlm bagian ini ada yg menarik akhirnya imam2, pengawal Bait Allah dan orang Saduki tdk menemukan kesalahan dlm diri Petrus dan Yohanes, akhirnya mrk dilepaskan dari tahanan, tdk memberikan hukuman krn takut pd orang banyak yang MEMULIAKAN ALLAH.  Apa Artinya memuliakan?  Dlm kamus Bahasa Yunani DOKSAZO : MENGHORMATI. Bagaimana memuliakan atau MENGHORMATI  Tuhan dlm kehidupan se-hari2 ?
MELAKSNAKAN PERINTAH TUHAN
Jika kita memperhatikan Petrus dan Yohanes, mrk mau memberitakan tentang siapa Yesus yg akan bangkit dan Yesus sbg Juru selamat manusia itu krn mrk melaksanakan perintah Tuhan. Mrk bersedia menerima resiko di tahan/dipenjara, diancam dan tetap memberitakan kabar baik krn mrk melaksanakan perintah Tuhan. Perintah Tuhan itu ditujukan utk semua orang percaya bkn hanya utk Petrus dan Yohanes. Jika demikian apakah kita semua harus menceritakan tentang Yesus spt Petrus dan Yohanes ? Ia,  Memberitakan atau menceritakan bukan hanya melalui perkataan ttp juga dpt kita sampaikan melalui perbuatan.
Contoh melaksnakan perintah Tuhan dan memuliakan Tuhan :
*) Kita beribadah kpd Tuhan, *) Kita melayani sesama yg membutuhkan bantuan
*) Kita melayani dgn tanggung jawab, bukan krn terpaksa. *) Kita memberikan persembahan dgn sukacita bkn krn terpaksa. *) Kita memaafkan kesalahan sesama. *) Menjadi anak Tuhan yg rendah hati, menghargai sesama. *) Bekerja dgn jujur dan tanggung jawab dsb  
Mengapa memuliakan atau menghormati Tuhan dlm kehidupan se-hari2 ?
1 . Karena melihat PERTOLONGAN Tuhan. Dlm kasus ini,  orang banyak di sini melihat bagaimana Tuhan memakai Petrus menyembuhkan seorang laki2x yg  lumpuh sejak lahir, yg usianya sdh lebih dari 40 thn. Orang banyak ini memang tdk mengalami secara langsung mujizat itu, ttp mrk  memuliakan atau menghormati Tuhan. tdk mengalami sendiri, istilahnya tdk mengalami mujizat sendiri. Tetapi mrk memuliakan dan menghormati Tuhan.   
Tentu kita semua yg hadir pd sore hari ini semua sdh mengalami pertolongan Tuhan, mungkin berkaitan dgn kesehatan, pekerjaan, keluarga, pelayanan dsb. Dgn demikian sesuatu yg wajar dan lumrah kita memuliakan atau menghormati Tuhan kita.
Ringkasan khotbah Minggu, 2 Nopember 2014 Ev. ANAM PENI ASIH

Ringkasan khotbah Minggu, 26 Oktober 2014 oleh Ev. GUMULYA DJUHARTO

REVOLUSI MENTAL 
YEHEZKIEL 18:31-32
Revolusi Mental! Ini slogan yang sering diucapkan Presiden Jokowi saa
t Pilpres lalu dan itu pula yang ingin diwujudkannya bagi Indonesia yang lebih baik. Slogan ini sempat menjadi pertanyaan dari lawan politiknya karena anggapan bahwa “revolusi” itu selalu berkaitan dengan sesuatu yang berdarah-darah, yang menimbulkan friksi dengan orang-orang sekitarnya. Sebenarnya tidak selalu demikian. Revolusi itu intinya menyangkut sesuatu yang seharusnya dikerjakan dengan segera, tidak berlambat-lambat, demi perubahan yang diharapkan, yang segera terwujud. Demikian pula dengan kehidupan rohani. Ada unsur kesegeraan perubahan paradigma dan hidup, yang seharusnya terjadi dalam hidup orang percaya.  Mengapa perlu segera? Karena fakta bahwa natur alami manusia yang merasa sayang untuk meninggalkan tabiat2 lama yang sekilas memberikan kesenangan tetapi efek panjangnya sungguh membawa kerugian bahkan kehancuran permanen.
Demi terjadinya revolusi mental dan rohani, orang percaya perlu membuang kebiasaan yang berdosa. Dalam konteks kehidupan rohani dan perjuangan melawan dosa, orang percaya bisa jadi harus “berdarah-darah” demi terjadinya perubahan. Yang dimaksud “berdarah-darah” pasti bukanlah secara fisik, tetapi perlu ada pengorbanan demi tercapainya perubahan itu. Ada kesaksian dari seorang rekan yang memiliki kebiasaan merokok bak “kereta api” yang tiada henti, yang telah menemani hidupnya selama ± 45 tahun. Akhirnya, dia bertekad untuk melepaskan diri dari kebiasaan buruk itu. Apa yang terjadi? Di hari2 pertama lepas dari kebiasaan merokok, dia merasakan tubuhnya persis seperti pecandu narkoba yang tidak mengisap narkoba lagi: sakau! Badan menggigil dan berkeringat. Tetapi dia rela berkorban demi hidup yang lebih baik. Tentunya ada pertolongan Tuhan di dalamnya. Saya secara pribadi bisa melihat sukacita besar di wajahnya pada waktu dia menceritakan pengalaman hidupnya itu. Bahkan dia menghitung dan memasukkan uang yang biasa digunakan untuk membeli rokok, dan satu bulan itu kira2 600-700 dolar AS!
Demi terjadinya revolusi mental dan rohani, orang percaya perlu hidup dalam ketaatan kepada Tuhan.  Kata yang dipakai oleh LAI adalah “durhaka.” Itu seperti seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya padahal sejak kecil sudah dididik dan dipelihara oleh orang tuanya. Ini pas dengan gambaran orang Israel seperti seorang anak yang dulu dilatih berjalan oleh Tuhanm namun setelah dewasa tidak mengindahkan Tuhan sama sekali (lihat misalnya Hosea 11:1-3). Layakkah orang yang telah diselamatkan Tuhan mencoba2 hidup dalam dosa lagi? Tidak. Kalau kita mungkin pernah tergiur untuk hidup dalam dosa karena melihat orang2 berdosa kok sepertinya hidupnya aman2 saja, tenang2 saja, tidak ada hukuman Tuhan, dst, marilah kita berkomitmen ulang untuk tidak mengkhianati Tuhan yang telah menyelamatkan kita! Kalau kita adalah anak Tuhan yang sempat tersandung dan jatuh dalam dosa, marilah kita cepat bertobat sebelum keadaan rohani kita tambah parah dan memburuk! 
Demi terjadinya revolusi rohani, orang percaya perlu mengalami perubahan dari dalam ke luar.  Dunia sibuk mendekorasi hal2 di luar supaya kelihatan cantik dan indah. Bukankah itu juga tabiat pejabat2 pemerintah? Kalau dikunjungi tokoh penting atau nasional, jalan langsung diperbaiki, tembok di cat rapi, supaya tidak malu dan dibilang tidak profesional. Tetapi apakah ukuran seseorang disebut professional? Apakah saat orang melihat dan memperhatikannya? Tidak! Seorang bertindak profesional karena dia telah terbiasa melakukan kegiatan2 yang penting dan bermanfaat, tidak peduli apakah dia dilihat atau tidak oleh orang lain. Secara rohani juga demikian! Kita tidak disebut rohani hanya karena kita melakukan kegiatan2 rohani, meski itu juga diperlukan. Tetapi orang yang rohani adalah orang yang entah dilihat atau tidak, adalah orang yang melakukan disiplin rohani. Itu semua terjadi …karena hatinya telah berubah! Hanya dengan perubahan hati atau perubahan dari dalam, kita akan mengalami perubahan di luar! Revolusi mental dan rohani haruslah dimulai dari dalam dan mengalir keluar, menghasilkan kebiasaan2 baru yang baik dan berkenan di hati Tuhan.
Marilah kita mewujudkan revolusi mental dan rohani, karena Tuhan tidak menghendaki hati kita mendua. Tuhan ingin kita sepenuh hati dalam mengikuti Tuhan! Biarlah makin lama hidup kita makin menyerupai Kristus.
Ringkasan khotbah Minggu, 26 Oktober 2014 oleh Ev. GUMULYA DJUHARTO

Ringkasan khotbah Minggu, 19 Oktober 2014 Ev. KARIAMAN GEA dari GKT Jember

Upahmu besar di Sorga 
Matius 25:12-30

Dalam Matius 5:4-30 Tuhan memberikan upah bagi mereka yang setia kepada dalam menjalankan tugas yang telah dipercayakan kepada mereka.
TUHAN MEMBERIKAN TALENTA SESUAI KEMAMPUAN
Dalam perikop ini kita menemukan tiga orang hamba yang diberikan kepercayaan oleh tuannnya untuk mengelola uangnya. Hamba yang 1 menerima 5 talenta, hamba ke 2 menerima 2 talenta, hamba ke 3  menerima 1  talenta. Tuan ini memberikan uangnya  kepada hamba-hambanya dikelola menurut kesanggupan mereka. Saudara Tuhan memberikan karunia kepada kita sesuai dengan kesanggupan kita masing-masing. Namun tidak ada seorangpun diantara orang percaya yang tidak diberikan karunia oleh Tuhan, minimal Tuhan mempercayakan 1  talenta.
BAGAIMANA HAMBA-HAMBA INI MENJALANKAN TUGAS-NYA?
Setelah hamba-hamba itu menerima tanggung jawab yang diberikan kepada mereka, merekapun mengelola uang yang  mereka terima. Dalam perikop ini kita melihat ada 2 cara dalam mengelola uang yang dipercayakan
1.    Hamba Yang Bekerja Dengan Baik
Firman Tuhan mengatakan bahwa hamba yang 1 dan ke 2 segera menjalankan uang itu. Mereka mengelola talenta itu sesuai dengan tujuannya. Karena kerajinan dan kesetiaan mereka akhirya mereka berhasil.
2.    Hamba Yang Melakukan Kesalahan
Berbeda dengan hamba yang ketiga, tidak menjalankan uang itu dengan baik. Ia menyembunyikan uang tuannya itu ke dalam tanah.
Tuhan sudah memberikan kita talenta. Tidak ada seorangpun yang  percaya  kepada Tuhan Yesus  tidak memiliki talenta. Kita semua menerima talenta minimal satu talenta. Pertanyaannya adalah bagaimana kita mengelola talenta yang telah Tuhan percayakan itu. Ada yang mengatakan bahwa kita adalah pengusaha rohani, Tuhan sudah memberikan modal yang harus kita kembangkan untuk kemuliaan Tuhan. Tuhan sudah memberikan kemampuan  untuk melayani Dia.

APAKAH  UPAH YANG MEREKA DAPATKAN ?
Apa yang tuan lakukan kepada hamba-hamba yang setia? Tuan itu mengatakan bahwa “baik sekali perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan setia”. Tuan itu memberikan pujian kepada hamba-hamba yang setia, penghargaan (“engkau telah setia dalam perkara yang kecil aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar). Pada jaman dulu ada  kebiasaan di  kerajaan bahwa orang-orang yang setia dan baik akan mendapat kedudukan yang lebih tinggi. Demikian juga dalam hal ini tuan memberikan penghargaan dengan memberika kedudukan yang lebih tinggi.
Dan yang terakhir adalah hamba-hamba yang setia merasakan kebahagiaan bersama dengan tuan mereka. Kebahagian yang tidak pernah ada habisnya. Jika kita setia dalam melayani Tuhan, maka ada sukacita yang kita dapatkan dan sukacita itu bukan hanya saat ini tetapi kekal  yaitu hidup bersama dengan Tuhan di surga.
Marilah kita bangkit untuk mengembangkan talenta yang telah Tuhan percayakan. Tuhan sudah memberikan kita modal dan marilah kita jalankan serta kembangkan sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Ringkasan khotbah Minggu, 19 Oktober 2014 Ev. KARIAMAN GEA dari GKT Jember