Ringkasan khotbah Minggu, 18 Januari 2015 oleh Lz. HERMAN NAPITUPULU

Hidup yang pimpinan Tuhan
Keluaran 13 : 20 – 22 ; 15: 22-27
Seandainya kita mengerti arti yang benar dari penyertaan Tuhan, niscaya kita akan tetap teguh dan tabah dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup yang menerpa kita.Jika demikian apa arti dari penyertaan Tuhan itu?
I.         Penyertaan Tuhan bukan berarti bahwa Tuhan menjamin hidup umat-Nya bebas dari masalah
                        Alkitab menceritakan sejak bangsa Israel dibebaskan Allah keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, Tuhan selalu menuntun umat-Nya, Tuhan menyertai umat-Nya (Keluaran 13:20-21)
            Jelas bahwa Tuhan menyertai mereka. Tidak ada orang yang meragukan hal ini. Namun, apa yang terjadi dalam perjalanan mereka selanjutnya? Masalah demi masalah datang menyambut mereka.
a.       Di dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon mereka sangat ketakutan dikejar bangsa Mesir yang ada di belakang mereka dan di depan mereka Laut Teberau
b.      Di gurun Syur mereka berjalan tanpa mendapat air selama tiga hari. sedangkan tiang awan dan tiang api masih ada di depan mereka
Apakah sungguh Tuhan menyertai kami ? Jika ya, mengapa pada faktanya mereka mengalami persoalan? Jika tidak, mengapa tiang awan dan tiang api masih ada di depan mereka? Bagaimana kita memahami ini? jika kita mengerti arti penyertaan Tuhan itu, maka kita tidak akan frustasi dan bersungut-sungut kepada Tuhan, kita tidak akan menyalahkan Tuhan karea Tuhan memang tidak pernah berjanji bahwa hidup umat-Nya akan dihindarkan atau dibebaskan dari masalah
II.  Penyertaan Tuhan berarti Tuhan menuntun umat-Nya pada jalan yang tidak salah
Keraguan yang paling sering muncul dalam menghadapi pergumulan hidup yang berat adalah apakah Tuhan sungguh memimpin kita pada jalan yang benar. Jika ya, mengapa begitu sulit?Pertanyaan yang serupa, saya kira juga ditanyakan oleh bangsa Israel saat mereka berjalan di padang gurun Syur tanpa mendapat air. Mengapa saya menduga demikian? Karena mereka tahu jalan yang lebih singkat menuju tanah Kanaan. Tetapi yang aneh, Tuhan memimpin mereka melalui jalan yang memutar, lebih jauh dan lebih lama. Celakanya, justru dalam jalan Tuhan inilah mereka kekurangan air. Tentu saja, kita dapat menduga sebagian orang-orang itu akan berpikir bahwa Tuhan membawa mereka pada jalan yang salah.
            Mereka terus berbicara dengan perasaan tidak senang mengikuti jalan Tuhan. mereka tidak lagi bisa melihat kebaikan Tuhan dan mempercayainya. Mereka bersungut-sungut. Inilah salah satu dosa yang dibenci Tuhan dari bangsa Israel. Sungut-sungut mereka baru berhenti setelah dahaga mereka dipuaskan.Tetapi, mari kita perhatikan ayat 27 yang mengatakan, “Dan sesudah itu sampailah mereka di Elim; disana ada 12 mata air dan 70 pohon korma”. Fakta ini pasti menyentak dan membuat malu orang Israel. Mengapa? Karena Elim letaknya kurang lebih 11 Km dari Mara, tempat mereka bersungut-sungut tadi. Seandainya mereka percaya bahwa Tuhan menuntun mereka pada jalan yang tidak salah, maka tentu mereka tidak akan bersungut-sungut. Mereka pasti bisa bertahan di dalam kesulitan karena mereka yakin Tuhan menyediakan Elim, tempat mereka melepaskan dahaga dan lelah mereka.
Seandainya kita tahu bahwa dengan penyertaan Tuhan suatu hari kita akan sampai pada jalan keluar yang telah dibuat oleh Tuhan, maka niscaya kita tidak akan bersungut-sungut dalam kesulitan hidup kita saat ini. Saudara, jangan pernah berpikir bahwa Tuhan sedang membawa kita pada jalan yang salah. Ia adalah Allah yang maha tahu dan mahabijak. Jalannya tidak pernah salah walaupun seringkali justru saat kita mengikuti-Nya, kita mengalami banyak kesulitan hidup. Harus kita akui ketika kegagalan-kegagalan kita alami dan rentetan musibah menimpa keluarga kira, kita sulit mengerti apa artinya penyertaan Tuhan itu. Tetapi percayalah bahwa Ia baik dan masih tetap menyertai kita. dulu, sekarang dan sampai selamanya.

Ringkasan khotbah Minggu, 18 Januari 2015 oleh  Lz. HERMAN NAPITUPULU