BAPTISAN
DAN IMAN
Markus 16:14-16
Apa yang menarik dari
pernyataa Yesus dalam ayat ke – 16 adalah bahwa Ia menggabungkan percaya dan
baptis sebagai dua hal yang dapat dipisahkan dari keselamatan yang dialami
seseorang. Penggabungan ini memperlihatkan bahwa baptisan adalah soal penting
bagi keselamatan seseorang.
Dari apa yang
dijelaskan oleh artikel 34 Pengakuan Iman Gereja Belanda, baptisan merupakan
pengganti sunat dalam Perjanjian Lama. Penulis Surat Ibrani dalam Ibrani 10:1
memberitahu kita bahwa “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari
keselamatan yang akan datang dan bukan hakekat
dari keselamatan itu sendiri”. Sunat yang diwajibkan bagi semua orang
Israel adalah salah satu bayangan dari keselamatan yang akan datang itu.
Sekarang, karena “Kristus” seperti ditulis Rasul Paulus dalam Roma 10:4”adalah
kegenapan hukum Taurat” maka bayangan sudah tidak dibutuhkan lagi. Sunat sudah
tidak diperlukan karena yang sejati sudah datang dan sudah menyelesaikan apa
yang dibayangkan itu itu sekali untuk selamanya.
Dengan pembatalan itu
maka sunat lahiriah yang dibutuhkan sebagai tanda masuk ke dalam umat Allah
sudah tidak berlaku lagi. Umat Allah yang lama dibangun diatas dasar kelahiran sudah dihapus dan diganti dengan umat Allah baru yang
dibangun diatas iman kepada Kristus. Tanda itu yang kini dipakai untuk menandai
adalah sakramen baptisan.
Maka baptisan adalah
tanda yang kelihatan dari kejadian yang tidak kelihatan, yang terjadi pada
orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Ia juga adalah meterai yang meneguhkan bahwa kebenaran yang
dilukiskan oleh baptisan itu sungguh
disediakan Allah untuk orang yang
dibaptis itu. Yang ia butuhkan adalah mempercayainya dan terus menerus percaya
bahwa apa yang dilakukan Allah seperti digambarkan oleh baptisan itu adalah untuk dirinya.
Anak-anak perlu
dibaptis karena Allah juga mengadakan perjanjian dengan mereka (Kej.17:7; KPR
2:9). Namun perjanjian itu tidak serta merta membuat mereka secara otomatis
mengalami janji-janji yang terkandung dalam baptisannya. Baptisan tidak
menjamin mereka masuk surga. Mereka terlebih dahulu harus meresponi baptisannya
dengan iman, dengan mempercayai Allah yang berjanji memberikan keselamatan
kepada mereka.
Tugas orang tua
adalah mendidik anak-anaknya dalam nasihat
dan ajaran Tuhan supaya pada suatu saat kelak mereka dapat meresponi
baptisan mereka, dengan percaya kepada Allah dan mengungkapkan percayanya itu
di depan umum. Tugas ini berat, namun tidak ada pekerjaan yang mendatangkan
hasil yang lebih membahagiakan dari pada melihat anak-anak kita merespons
baptisannya dengan iman kepada Allah, mengungkapkannya di depan umum dalam
upacara sidi dan terus mengikuti serta melayani Tuhan seumurhidup mereka.
Ringkasan
khotbah Minggu, 27 September 2015 oleh Pdt. MARKUS DLD