MENJADI BERKAT DALAM
PEKERJAAN
(Daniel 1:3-20)
Menurut Frans
Magnis Suseno, pada umumnya ada 3 fungsi pekerjaan:
Pertama, Fungsi Reproduksi Materi. Dengan kata lain, kita bekerja untuk
menghasilkan uang. Namun harus diingat bahwa bila seseorang bekerja hanya untuk
mendapatkan uang, maka banyak kerugian yang dapat ditimbulkan
darinya. Minimal
2 bahaya. Satu, cuma mementingkan cara mendapatkan uang,
tidak peduli caranya halal atau tidak. Orang seperti ini sering mengakibatkan
kerusakan yang intens, misalnya para koruptor. Dua, tidak memiliki ketahanan
mental ketika masalah datang menimpa. Ini tampak dalam fakta banyaknya artis2
Korea yang tenar, tetapi malah bunuh diri. Survei yang pernah dilakukan oleh Ten3 Global Internet Poll mendukung
fakta ini.Hanya 4% yang yakin bahwa uang adalah kunci untuk mendapatkan
kebahagiaan!
Fungsi ke
2 yaitu, Fungsi Pengembangan Diri. Kita sekarang hidup
dalam dunia yang sangat dinamis. Artinya, kita harus berkembang atau beresiko
ketinggalan. Salah satu kuncinya, kita harus tetap mau belajar sesuatu meskipun
kita telah terjun di dunia kerja. Dalam teks disebutkan bahwa
Daniel dkk adalah orang yang tidak bercela, berpenampilan baik, juga pandai dan
berhikmat. Apalagi? Lebih dari cukup khan? Ternyata tidak. Mereka masih harus
dididik 3 tahun untuk memahami tradisi Kasdim (Babel). Selalu ada kesempatan
untuk belajar dan selalu ada yang dapat dipelajari untuk
kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Namun jika hanya fokus pada pengembangan diri dapat berakibat
munculnya sosok penyendiri dengan gaya hidupnya yang egoistis dan bersumber
hanya pada diri sendiri.
fungsi ke
3 yaitu Fungsi Integrasi Sosial, yaitu untuk mendapatkan
status sosial di masyarakat. Kata “pelabur” (ayat 5) dlm berbagai terjemahan Inggris memakai kata “provision” (atau persediaan). Dari kata aslinya, dapat diterjemahkan “concern” (perhatian berupa kata-kata
atau instruksi). Intinya, raja memiliki kepedulian harian terhadap apa yang
terjadi pada Daniel dkk., khususnya melalui kesamaan makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Ini menjadi awal atau simbolis kesamaan lainnya, misal; gaya dan
kepada siapa mereka beribadah. Dengan kata lain, tujuan raja jelas, yaitu
memasukkan Daniel dkk dalam komunitas kerajaan dengan status sosial tertentu
yang sesuai kriteria raja. Di sini saya merasa prihatin. Di masa kini, ada
orang-orang Kristen yang diberi peluang untuk berkarier di dunia sekuler atau
tepatnya, berhadapan langsung dengan orang-orang non Kristen, apakah itu
politikus, artis, atau pedagang. Pertanyaan besarnya, “Apakah mereka tetap hidup sesuai nilai2 Kristiani atau sudah terhisap dalam suatu sistem sosial
tertentu, karena mereka sudah mendapatkan status sosial tertentu, tetapi
ternyata tidak sesuai dengan standar2 kekristenan? Misalnya, para penyanyi
berbakat Kristen yang jelas2 dilahirkan dari pelayanan di gereja, setelah
memenangkan even seperti Indonesian Idol, apakah masih hidup dengan nilai2
Kristen yang dianutnya. Inilah kunci penolakan Daniel dkk! Mereka mau berkarya,
bekerja bagi Raja Babel, tetapi tidak menurut standar Babel, tetapi Kristus!
Jadi, kunci agar kita dapat menjadi berkat dalam
pekerjaan adalah kita menyadari bahwa kita adalah “wakil Tuhan di dunia ini!”
Tuhan ingin memakai kita, bukan hanya di gereja, tetapi juga di tempat usaha
kita. Jadikan tempat kerja kita sebagai tempat pelayanan. Tunjukkan bahwa kita
bekerja bukan hanya untuk mencari uang, tetapi pengembangan diri; bukan hanya
untuk pengembangan diri yang menuju gaya hidup egoistis dan arogan, tetapi
terintegrasi dengan masyarakat sehingga mereka mengenal kita sebagai orang
Kristen yang baik dan mengasihi sesama; bukan hanya terintegrasi dengan
masyarakat dan memilih hidup kompromi melainkan tetap menjalankan nilai2
Kristiani dalam kehidupan kita: menjadi orang Kristen yang menggarami dunia,
bukan digarami oleh dunia.... Selamat menjadi berkat melalui pekerjaan kita!.(Ringkasan khotbah,
Minggu 17 November 2013 oleh Ev. Gumulya
Djuharto)