Ringkasan khotbah, Minggu 22 September 2013 oleh Ev. A. PENI ASIH

Tuhan yang peduli
1 Raja-raja 19:1-8

                Secara umum yang membuat seorang peduli satu sama lain : sudah
kenal dan ada kedekatan (akrab), pernah dipedulikan (timbal-bailk),
kasih yg tertanam dalam diri seseorang dan sebagainya.
Latar belakang perikop
Dalam kisah ini nampak jelas bagaimana Tuhan peduli pada Elia yang saat itu :
*) Mengalami tekanan yangg sangat berat dan membuat ia putus asa (Elia berkata, “ya Tuhan ambilah nyawaku V.4). Bagi Elia mati itu lebih baik, tapi kalau boleh jangan mati di tangan krn di bunuh Izebel. Namun menurut Tuhan belum waktunya, di depan masih ada yang hrs dikerjakan.
*) Elia merasa sendiri, memang semula ketika Elia melarikan diri ia mengajak bujangnya tetapi setelah sampai di Bersyeba ia meninggalkan bujangnya (v.3); dalam bagian lain dikatakan hanya Elia yang tinggal sabagai nabi Tuhan (1 Raja 18:22).
*) Elia lelah – ia masuk ke Padang Gurun sehari perjalanan, lalu ia duduk di bawah pohon Arar (v.4a). Kita dpt merasakan betapa lelahnya Elia jalan sehari, dlm keadaan pikiran yg tdk tenang, takut karena sebentar lagi ia akan di bunuh oleh suruhan Izebel.
Elia pernah membunuh 450 orang nabi Baal di Israel (1 Raja2. 18:40)
Ternyata yang dilakukan Elia ini, membuat dirinya, nyawanya terancam sehinggg ia tertekan, putus asa, tidak berdaya, lelah.
Dalam keadaan demikian, Tuhan peduli pada ELIA, Tuhan memberi apa yg dibutuhkan ELIA :
TUHAN MENGHIBUR ELIA DENGAN MEMBERIKAN makan dan minum  (roti bakar; air dalam kendi v.6; v.8). Ketika Elia tidur, tiba-tiba malaikat menyentuh dan membangunkan dia supaya makan. Elia bangun dan makan tapi berbaring lagi. Malaikat TUHAN datang ke dua kalinya dan berkata,”Elia bangun dan makan”.Perhatikan di sini Elia nurut, dia bangun dan makan lagi.
Elia dalam keadaan tertekan ia TAAT.
TUHAN MEMBERIKAN KEKUATAN pd Elia – oleh kekuatan itu Elia berjalan 40 hari 40 mlm (v.8). Tuhan peduli dgn memberikan kekuatan sesuai dgn yg dibutuhkan Elia.
Kebenaran yang yang diajarkan:
  1. Tuhan yang kita percaya adalah Tuhan yang peduli pada umat-Nya
  2. Kepedulian Tuhan itu tidak pernah berhenti dalam kehidupan umat-Nya.
Marilah kita peduli dengan menyadari Tuhan sudah peduli pada kita.

(Ringkasan khotbah, Minggu 22 September 2013 oleh  Ev. A. PENI ASIH) 

Ringkasan khotbah, Minggu 15 September 2013 oleh Pdt. DJONI FEBRIANTO

Istimewa di hadapan Tuhan
Kejadian 1:27; 2:7; 1 Petrus 1:18-19

                Bila kita merenungkan asal-usul kita, nampaknya kita ini mahkluk yang tidak ada harganya di mata Tuhan. Firman Tuhan jelas berkata bahwa kita  diciptakan dari debu tanah, “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahkluk yang hidup” (Kejadian 2:7). Firman Tuhan selalu mengingatkan asal usul kita itu dari debu dan akhirnya kembali lagi kepada debu.

            Kejadian 2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahkluk yang hidup. Nafas Tuhan inilah yang menjadikan hidup kita berarti. Nafas Tuhan = roh dan roh manusia itu sifatnya kekal. Di sinilah kita yang adalah debu  menjadi berarti di mata Tuhan.

            Sungguh luar biasa kita diciptakan Tuhan, segambar dan serupa dengan diri-Nya. Di katakan dalam Kejadian 1;26 Berfirmanlah Allah, “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi”. Maka Allah menciptakan menusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

            Apa artinya diciptakan segambar atau serupa dengan diri Allah ? Artinya ada kemiripan sifat antara Allah dan manusia. Allah adalah Roh, manusia juga mempunyai roh, Allah mempunyai pikiran, perasaan dan kehendak, manusia juga mempunyai pikiran, perasaan
dan kehendak.   Allah itu kekal dan manusia juga diberikan kekekalan oleh Allah. Allah itu Mahakuasa dan manusia diberi kuasa untuk menaklukkan bumi dan isinya.

            Selain itu Tuhan sendiri pernah berkata demikian,”Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia dan Aku ini mengasihi engkau (Yesaya 43:4a). Dimata Tuhan kita ini sangat berharga. Allah telah membuktikan dengan rela datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita. Inilah bentuk penghargaan tertinggi dari Tuhan pada manusia. Tuhan menghargai kita dengan memberikan nyawa-Nya, hidup-Nya, kematian-Nya, pengorbanan-Nya. Di katakan dalam 1 Petrus 1:18-19,” Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Aplikasi :
Bila Tuhan sudah sedemikian rupa menghargai kita, mengistimewakan kita, marilah kita juga menghargai Tuhan setinggi-tingginya dalam hidup kita. Wujud kita menghargai Tuhan adalah senantiasa rajin berdoa, membaca firman-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Bahkan tidak henti-hentinya menyaksikan cinta kasih Tuhan kepada sesama.

 (Ringkasan khotbah, Minggu 15 September 2013 oleh  Pdt. DJONI FEBRIANTO) 
Sukses dalam pandangan Tuhan
1 Tawarikh 21:1-17

                Dalam ayat-ayat tesebut ada kesan yang kuat bahwa Daud telah melakukan kesalahan yang sangat besar, sehingga mengakibatkan 70.000 orang meninggal. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Daud orang yang berkenan di hadapan Allah, mentaati segala perintah Tuhan, mengikuti Tuhan dengan segenap hati , melakukan apa yang benar di hadapan Allah (1 Raja 14:8; Kis 13:22). Apa rahasia yang membuat Daud sukses di mata Allah ?
1 Tawarik 21 ini menceritakan mengenai sikap hati yang sedang ditunggu-tunggu Allah ketika umat Allah sedang jatuh dalam dosa.
1.     Daud menyadari telah berdosa kepada Tuhan, segera mengakui dosanya kepada Tuhan dan mohon pengampunan dosa (1 Taw 21:8).
Menyadari dosa kemudian segera mengakuinya di hadapan Tuhan merupakan langkah awal menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Tanpa langkah awal ini tidak mungkin Daud dan juga orang percaya yang lain dapat menjadi teladan. Kebutuhan akan pengampunan Allah seharusnya melahirkan sikap merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan dan mohon pengampunan. Ini bukan karena kesadaran diri yang hebat tetapi karena karunia Roh Kudus yang menginsyapkan dosa. Tetapi pengakuan ini harus merupakan suatu pengakuan yang keluar dari hati, bukan karena dosanya sudah terbukti dan tidak dapat mengelak lagi akhirnya terpaksa mengaku dosa. Ini berarti tidak ada ketulusan untuk mengakui dosa dan salah kita.
2.     Daud berani , mau dan rela menyerahkan sepenuhnya penghukuman atas dosanya kepada Tuhan (1 tawarikh 21;13).
Mungkin cukup banyak orang di dunia ini, yang karena memang benar-benar merasa bersalah, tidak merasa keberatan untuk mengakui kesalahannya dan minta maaf atas kesalahan yang dibuatnya. Tetapi tidak banyak orang yang berani dan juga rela menerima hukuman akibat dosanya. Atau kalau pun berani dan menerima hukuman, maunya hanya menginginkan hukuman yang minimal atau seringan-ringannya. Manusia berdosa cenderung tidak mau menerima hukuman kalau bisa. Bukankah saya sungguh-sungguh sudah menyesal dan bertobat ?  Bukankah saya juga sudah berjanji untuk tidak melakukan
lagi ? Apakah semua itu belum cukup ? Hukuman tujuannya supaya manusia bertobat. Jika sudah bertobat haruskah tetap menerima hukuman ? Kalau memang Allah mengasihi umat-Nya seharusnya Dia membebaskan dari hukuman. Manusia sering tidak mengerti bahwa hukuman yang diberikan Allah itu memang wewenang Allah adalah demi manusia itu sendiri. Daud mengenal Allah yang ketika melakukan segala tindakan-Nya itu semua dilakukan demi kasih-Nya kepada manusia. Itulah sebabnya Daud tetap dapat merasakan kasih Tuhan walaupun sering dihukum. Dapat dikatakan selama Allah masih mendisiplin dan menjatuhkan hukuman pada manusia berarti masih ada perhatian dan kasih Allah pada manusia.
3.     Daud tidak mau menyeret atau melibatkan orang lain dalam menanggung akibat dosa yang telah dibuatnya (1 Tawarikh 21:17).
Sikap seperti inilah yang mematahkan mata rantai dosa sehingga tidak membuahkan dosa yang lain. Daud menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan ternyata bukan karena dia lebih baik, lebih hebat, lebih kudus dari kita. Daud sama dengan kita orang yang berdosa. Tetapi ia menjadi orang yang berkenan, sukses di hadapan Tuhan oleh karena dia mempunyai sikap yang tepat ketika jatuh dalam dosa. Belas kasihan Allah turun atas Daud  dan orang Israel. Tuhan mengampuni dosa Daud dan umat Israel. Posisi Daud dan umat Israel dipulihkan kembali. Mereka kembali menjadi orang yang dikasihi Tuhan, mereka kembali menjadi umat Allah dan berkenan di hadapan Tuhan. Kita adalah orang berdosa yang selalu berbuat dosa setiap hari. Tetapi bagaimana sikap kita setelah kita jatuh dalam dosa  merupakan sikap yang sangat dinanti-nantikan Allah. Suadara dan saya dapat mengambil sikap seperti Daud. Maka orang-orang yang berada disekitar kita mulai dapat melihat kwalitas iman kita.   Bahkan Tuhan akan memakai kita menjadi teladan bagi banyak orang.
(Ringkasan khotbah, Minggu 8 September 2013 oleh  Pdt. Em. AGUS SURJANTO)

Ringkasan khotbah Minggu, 1 September 2013 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

Percaya & Taat (1 Raja-raja 17:7-16)

Dalam perikop ini kita melihat satu kisah kehidupan yg dialami  Elia dan janda di Sarfat. Dua orang ini diperhadapkan dengan keadaan yang membuat mereka  PERCAYA & TAAT pada TUHAN.
Mari kita melihat apa yang dialami Elia dan Janda di Sarfat ini yg percaya dan taat pd Tuhan.
Dalam kisah sebelumnya kita melihat bagaimana Tuhan memelihara Elia melalui burung gagak yang membawa roti dan daging serta Tuhan menyediakan minum di sungai Kerit. Tetapi beberapa waktu kemudian  sungai itu kering (v.7). Kemudian Tuhan berfirman pada Elia merintahkan supaya Elia pergi ke Sarfat dan Tuhan berjanji akan memberinya makan melalui seorang janda. Tanpa berpikir panjang Elia ke Sarfat, apa yang terjadi di sana ?
Dia bertemu dgn seorang janda yang sedang mengumpulkan kayu api. Elia mengatakan,  tolong beri saya sedikit air dalam kendi. Sementara janda ini sedang mengambil air,  Elia mengatakan tolong juga bawakan sy sedikit roti (BIS), di sini dikatakan ambilkan sepotong roti.  Suatu jawaban yg mengejutkan, menyedihkan bahkan memprihatinkan. Dalam v.12 dikatakan, “Perempuan itu menjawab, Demi TUHAN, ALLAHmu yg hidup sesungguhnya tidak ada roti sedikitpun, kecuali segemgam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang saya sedang mengumpulkan 2 atau 3 potong kayu api, kemudian saya mau pulang dan mengolahnya untuk saya & anak saya, dan setelah kami makan, kami akan mati    (dlm terjemahan lain dikatakan Demi TUHAN yg hidup, Allah yang di sembah oleh Bapak, sy bersumpah sy tidak punya roti kecuali segemgam tepung dalam mangkuk dan sedikit minyak zaitun dalam botol. Saya sedang mengumpulkan kayu api untuk memasak bahan yang sedikit itu, supaya saya dan anak saya dapat makan.
Janda ini hidupnya pas2x san bahkan dapat dikatakan kurang mampu (penafsir mangatakan miskin) janda ini susah, kuatir, ia merasa satelah tepung dan minyaknya habis ia dan anaknya tinggal tunggu waktu untuk mati.   Melihat kondisi janda yang demikian, Elia meyakinkan janda tsb (perhatikan v13-14): spy jangan  kuatir, pulang, buat roti tetapi buatkan lebih dahulu sepotong roti bundar kecil utkku baru kemudian buat utkmu dan anakmu. Dlm keadaan demikian Elia juga menghibur janda ini spy percaya bhw sedikit tepung dan minyak yg dimiliki itu tdk akan berkurang sampai waktunya Tuhan memberikan hujan. Memberi dalam keadaan kurang itu bukan hal yg mudah, percaya dan taat dalam situasi yg sulit pun juga bukan hal yang mudah.
Setelah janda ini mendengar apa yg disampaikan Elia, ia percaya & taat melakukan seperti yang dikatakan Elia.  Bila melihat urutan dari kisah ini hanya percaya pada firman Tuhan itu tidak cukup  perlu tindakan nyata untuk membuktikan bahwa kita percaya.
Elia è mendengar firman Tuhan, bahwa Tuhan akan memberinya makan melalui seorang janda di Sarfat (Elia tdk kenal dgn janda tsb demikian juga dgn sebaliknya janda tsb tidak kenal dgn Elia, bahkan janda tsb belum percaya pd Tuhan). Kita lihat di sini Elia percaya dan taat pd yg Tuhan firmankan. Jika Elia hanya percaya saja bhw Tuhan akan memeliharanya melalui seoarng janda namun ia tidak melaksanakan firman Tuhan tentu ia tidak dapat merasakan pemeliharaan Tuhan. 
Demikian juga dengan seorang Janda, walaupun ia dalam keadaan kekurangan, sulit, sedih, kuatir namun ia taat dan percaya dengan firman Tuhan yg disampaikan  Elia. Dan terbukti ketika percaya dan taat, seorang janda merasakan apa yang Tuhan sampaikan melalui Elia itu benar dan dapat dibuktikan (sedikit tepung dan minyak tidak berkurang). Jika janda di Sarfat ini hanya percaya namun tanpa melaksanakan (taat) pada firman Tuhan tentu ia tidak dapat merasakan pemeliharaan Tuhan ketika dalam keadaan kekurangan. Percaya perlu disertai ketaatan. Percaya dan taat tidak dapat dipisahkan, namun mempunyai hubungan yang sangat erat. Ada seseorang yang Tuhan ijinkan dalam hidupnya hanya percaya pada Tuhan namun tidak punya kesempatan untuk taat melaksanakan perintah Tuhan (contoh penjahat yang  disalib di sebelah kanan Tuhan Yesus). Masih banyak orang percaya yang Tuhan beri kesempatan untuk taat karena masih hidup dalam dunia ini.   
Jika janda di Sarfat yang hidupnya miskin dapat membuktikan bahwa ia percaya dan taat. Yaitu dengan memberikan sepotong roti bundar pada  Elia, bagaimana dengan kita ?  Kita dapat memberikan waktu untuk Tuhan, persembahan untuk Tuhan, tenaga untuk Tuhan, mendoakan sesama yang sdh lama tidak  beribadah atau sedang ada pergumulan. Janganlah kita merasa cukup sudah percaya pada Tuhan Yesus, ingat Tuhan mau kita taat.
Sore ini firman Tuhan mengingatkan kita ketika masih punya kesempatan marilah kita bertekat untuk percaya dan taat pada firman Tuhan dalam keadaan apapun.  

(Ringkasan khotbah Minggu, 1 September 2013 oleh Ev. ANAM PENI ASIH) 

Ringkasan khotbah, Minggu 25 Agustus 2013 oleh Pdt. DANI KASTANTO

 KESEMPATAN YANG BERHARGA.

Hidup ini singkat dan tak terduga. Kita sampai di usia yang sekarang ini tanpa terasa. Kalau kita mengamati, maka ada juga orang atau teman yang meninggal seusia ataupun dibawah usia kita. Ada yang meninggal lewat sakit yang panjang. Tetapi ada yang meninggal secara mendadak baik akibat celaka maupun penyakit yang tak terduga. Kapan kita meninggal, berapa lama kesempatan kita hidup, kita tak tahu. Tetapi sekarang kita masih hidup, apa yang kita harus lakukan? Apa yang perlu kita sadari selama kita hidup ini?
  1. HIDUP ITU KESEMPATAN -  Efesus 5:16
Hidup itu kesempatan untuk memilih apa yang akan kita kerjakan.
Lukas 12:13-21 ada orang kaya yang bodoh yang tidak memikirkan waktu yang akan datang, hanya memikirkan uang. Ia tak mengumpulkan harta di sorga.Tuhan memberi kesempatan kita untuk memilih masa depan indah di sorga, yaitu keselamatan. Kita sudah ditebus, namun kita diberi pilihan untuk menjadi milik dunia atau milik Kristus. Hidup itu kesempatan.
  1. HIDUP ITU BUKAN MILIK KITA - Galatia 2:20
Sebenarnya Allah itu berdaulat terhadap semuanya termasuk hidup kita. Kalau kita diijinkan kenal Kristus, maka sebenarnya Allah memilih kita untuk menjadi hambaNya. HambaNya pasti diselamatkan dalam arti sejak sekarang sampai selamanya akan disertai Allah dan hidup besama Allah . Memang menjadi hamba Tuhan dan diselamatkan itu seolah terikat dan tak enak, dan secara dunia seolah tak perlu. Tetapi bagi kita yang sudah dipilih Tuhan harus menyadari bahwa hidup itu bukan milik kita tetapi milik Kristus.
  1. HIDUP HARUS KUDUS UNTUK MENGERJAKAN KESELAMATAN
( Filipi 2:12)
Orang yang sudah menjadi milik Kristus wajib untuk mempertahankan kehidupan kudus. Baik pendeta penginjil majelis pengurus komisi bahkan semua umat disebut hamba Tuhan yang harus mengejar kekudusan karena Allah kita itu kudus sempurna dan tak berkenan pada yang kurang kudus. Kekudusan adalah tuntutan Allah. Prestasi adalah tuntutan dunia termasuk organisasi gereja. Kendala hidup kudus adalah secara dunia dianggap fanatik, kuno, aneh, tak toleransi dan menghalangi kebebasan manusiawi. Orang yang hidup kudus harus berjuang melawan tantangan daging, lingkungan dunia, dan keinginan dunia. Dalam kondisi inilah kebahagiaan orang percaya.
Sudahkah kita menyadari kesempatan ini? Apa yang akan kita lakukan sepulang dari ibadah ini? Mari kita berjuang keras mati matian untuk hidup kudus, karena itulah yang dikehendaki Tuhan Allah kita. Damai sejahtera Kristus menyertai kita sekalian. Amin. (Ringkasan khotbah, Minggu 25  Agustus 2013 oleh  Pdt. DANI KASTANTO)