Nazar
Ulangan 23:21-23; Hakim-hakim 11:29-40
Diantara kita pernah
mendengar kata Nazar. Bolehkah kita bernazar ? Menurut firman Tuhan apa artinya
Bernazar ? *) Nazar artinya berjanji atau bersumpah. *) Berjanji yang dimaksud
di sini adalah berjanji kepada Tuhan. *) Dalam bernazar biasanya jika
keinginannya di masa yg akan dtg tercapai akan melakukan sesuatu untuk Tuhan. *)
Nazar diucapkan secara sukarela bukan karena terpaksa. Sebelum mengucapkan
nazar, perlu dipikirkan dgn sungguh-sungguh. Karena mrpkan janji kpd Tuhan yg
harus dipenuhi dan tidak boleh dibatalkan dgn alasan apapun. Melalui Musa Allah
memerintahkan bangsa Israel spy dlm mengucapkan Nazar harus berhati-hati dan
bertanggung jawab. Bukan bernazar karena emosi. Bernazar atau tidak bernazar
tidak berdosa. Yang berdosa adalah jika bernazar tetapi tdk menepatinya. Jangan
bernazar namun tidak tahu artinya bernazar dan tdk tahu konsekuensi yg akan
diterima jika tdk ditepati. Jadi jika akan bernazar kita harus tahu dpt
menepati apa yg kita janjikan kpd Tuhan. Dalam Alkitab di kisahkan mengenai
orang yg bernazar kepada Tuhan yg bernama Yefta. Pada suatu hari Yefta bernazar
kpd Tuhan jika Tuhan menyerahkan bani Amon pdnya maka apapun yg keluar dari
pintu rumahnya utk menemuinya pd waktu ia kembali dgn selamat dari bani Amon,
itu akan mjdi kepunyaan Tuhan dan Yefta akan mempersembahkannya sbg korban
bakaran. Ternyata Tuhan menyerahkan bani Amon kpd Yefta. Tetapi ketika Yefta
pulang ke rumahnya ? anak perempuan satu2xnya menyambut Yefta dgn dgn memukul
rebana dan menari-nari. Yefta mengatakan, anakku engkau membuat hatiku hancur,
aku telah bernazar kpd Tuhan dan tdk dpt aku mundur. Anaknya Yefta mengatakan,” bapa jika engkau telah bernazar
kpd Tuhan, perbuatlah sesuai dgn nazar yg kau ucapkan krn Tuhan telah
memberikan kemenangan melawan bani Amon. Kemudian Yefta memenuhi nazarnya
sekalipun hatinya sangat hancur, sedih dan kecewa (v.35). Siapa yang boleh
bernazar ? Seorang laki-laki dan perempuan boleh bernazar. Dlm PL (Bil.
30:1-16) Jika seorang laki-laki bernazar ia harus bertanggung jawab sesuai dgn dgn yg diucapkan pd Tuhan. Ketika
bernazar tanpa minta persetujuan dari isteri atau anak. Hal ini berbeda dgn seorang perempuan yg
bernazar : Jika perempuan ini belum berumah tangga harus minta persetujuan dari
ayahnya, jika ayahnya setuju maka nazar itu berlaku, jika ayahnya menolak atau melarang
nazarnya, maka tdk berlaku. Jika yg bernazar itu adalah seorang perempuan yg
sdh mempunyai suami, nazarnya berlaku jika ada persetujuan suami, bila suami
menolak nazarnya tdk berlaku.
Hana bernazar jika Tuhan
memberinya seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan anak tersebut kpd
Tuhan seumur hidupnya (1 Samuel 1:10-11). Satu tahun kemudian Hana mengandung
dan melahirkan anak laki-laki. Hana memberinya nama Samuel. Satelah Samuel
disapih, Hana memenuhi nazarnya dgn mempersembahkan Samuel kpd Tuhan (1 Sam
1:27-28) Hana berkata untuk mendapat anak ini aku berdoa, dan TUHAN telah
memberikan kepadaku, apa yg ku minta
dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkan ia kepada TUHAN.
Apa kaitannya dgn
kehidupan kita sbg orang percaya saat ini ?
1.
Ingatlah dlm bernazar kita harus tahu, bhw kita bernazar kpd Tuhan
harus ditepati.
2.
Lebih baik tdk bernazar dari pada
bernazar namun tdk kita tepati. Karena jika tdk kita tepati bernazar itu
berdosa.
3.
Bernazar bukan mrp suatu keharusan. Bernazar atau tdk bernazar
bukan dosa, yg berdosa adalah jika kita tdk menepati nazar yg sdh kita
ungkapkan kpd Tuhan.
Janganlah kita bernazar
namun akhirnya kecewa dan memenuhi nazarnya krn terpaksa spt Yefta. Tetapi mari
belajar dari seorang HANA yg memenuhi nazarnya dgn sukacita shg ia merasakan
kebahagiaan ketika yg diinginkan terlaksana.
Ringkasan khotbah 7 September 2014 oleh Ev. ANAM PENI ASIH
0 komentar:
Posting Komentar