Ringkasan khotbah Minggu, 14 Desember 2014 oleh Ev. NANIK WOELANDARI

SESUNGGUHNYA AKU INI HAMBA TUHAN
Lukas 1:38

            Adalah sebuah kekeliruan ketika istilah “hambaTuhan” dikenakanhanya kepada para pendeta, penginjil maupun lulusan sekolah Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa istilah tersebut ditujukan kepada setiap anak-anak Tuhan yang memang dipanggil untuk melayani Tuhan.Namun, pada kenyataannya tidak semua anak Tuhan memahami hal ini apalagi tanggap untuk meresponinya dengan benar. Belajar dari  Maria, setidaknya ada dua hal yang kita perlu teladani.
1.    Memahami bahwa panggilan untuk melayani Tuhan adalah sebuah anugerah (ay.30).Seperti kebanyakan orang Maria adalah warga Yahudi biasa.Kurang dikenal kecuali oleh anggota keluarganya sendiri. Dia masih muda, sederhana dan akan menikah dengan Yusuf, tunangannya.  Sampai suatu hari Maria mendapatkan kunjungan istimewa dari malaikat Gabriel untuk menyampaikan firman Allah kepadanya.    Ayat 30 berbunyi, “….engkau beroleh kasih karunia” atau “charis.”Sesuatu yang kita dapatkan walaupun kita tidak layak  menerimanya.  Kebalikan dengan prestasi: sesuatu yang kita peroleh karena kita bekerja.  Maria mendapatkan kasih   karunia bukan prestasi. Dia dipilih  bukankarena paling baik dari antara sesamanya, melainkan karena kemurahan kasihkarunia Allah.
Sebagai orang Kristen, Kristus menebus kita bukan hanya untuk menyelamatkan kita tetapi juga untuk menjadikan kita sebagai para pelayanNya. Namun, dalam kehidupan pelayanan dan bergereja, seringkali kita menjumpai orang Kristen yang menolak untuk melayani Tuhan dengan segudang alasan atau sebaliknya terlibat aktif dalam pelayanan sambil merinci kanapa saja yang sudah dialakukan untuk Tuhan.  Tentu saja hal ini sangat menyedihkan mengingat bahwa kita hanyalah alat yang dipakai oleh Tuhan dimana seluruh kemampuan kita dalam melayani Tuhan adalah pemberianNya. Tidak ada orang yang tidak mampu untuk melayani karena Tuhan pasti memberikan kemampuan. Dan juga tidak ada orang yang terlalu berjasa dalam pelayanan karena Tuhanlah yang mengerjakan semuanya itu di dalam diri kita menurut kehendakNya.  
2. Memahami bahwa panggilan Tuhan harus diresponi dengan ketaatan penuh. Anugerah yang diterima oleh Maria bukanlah tanpa resiko. Sebaliknya, memiliki
resiko yang tinggi seperti kesalah pahaman Yusuf yang mengakibatkan dia akan menceraikan Maria diam-diam (bdk. Mat.1:18-19); kesalahapahaman dari keluarga besarnya dan warga sekitar; hukuman mati menurut Taurat
(Ul.22:20-21).
Sedikit orang Kristen yang memahami bahwa anugerah tidak selamanya menjadi sesuatu yang mengenakkan dan menyenangkan. Ada kesulitan dan penderitaan dari sebuah anugerah. Namun, Maria tetap tunduk dan tidak membantah. Sebaliknya, berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”Kalimat yang singkat, namun menunjukkan iman yang hebat.  John Calvin: ini merupakan buktinyata dari iman, kalau kita mengekang pikiran kita, dan menaklukannya sehingga tidak berani menjawab ini atau itu kepada Allah: karena keberanian dalam berbantah adalah ibu dari ketidak percayaan.
Ketaatan mutlak Maria bersumber pada iman dan pengenalannya yang benar akan Allah.  Kita harus memahami bahwa kita mengabdi bukan kepada sembarang Tuan melainkan kepada Allah yang Maha tinggi sebagai Tuan kita.Walaupun kehendak Allah penuh dengan tantangan, kita tetap taat kepada kehendakNya karena kita percaya akan  Pribadi dan perkataanNya sehingga setiap kali kehendak Allah dinyatakan kepada kita, kita bisa berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Pertanyaan untuk direnungkan kembali:
1.    Sejauhmana Saudara memahami panggilan untuk melayani Tuhan sebagai sebuah anugerah/kasihkarunia?
2.    Kalau Tuhan memberikan firman yang kelihatannya tidak logis bagi saudara, maukah saudara percaya? Maukah Saudara tunduk kepada perintahNya walaupun penuh resiko/mendatangkan kerugian besar bagi saudara?
Ringkasan khotbah Minggu, 14 Desember 2014 oleh  Ev. NANIK WOELANDARI

0 komentar:

Posting Komentar