SESUNGGUHNYA
AKU INI HAMBA TUHAN
Lukas
1:38
Adalah sebuah kekeliruan
ketika istilah “hambaTuhan” dikenakanhanya kepada para pendeta, penginjil maupun
lulusan sekolah Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa istilah tersebut ditujukan kepada
setiap anak-anak Tuhan yang memang dipanggil untuk melayani Tuhan.Namun, pada kenyataannya
tidak semua anak Tuhan memahami hal ini apalagi tanggap untuk meresponinya dengan
benar. Belajar dari Maria, setidaknya ada
dua hal yang kita perlu teladani.
1.
Memahami
bahwa panggilan untuk melayani Tuhan adalah sebuah anugerah (ay.30).Seperti kebanyakan
orang Maria adalah warga Yahudi biasa.Kurang dikenal kecuali oleh anggota keluarganya
sendiri. Dia masih muda, sederhana dan akan menikah dengan Yusuf,
tunangannya. Sampai suatu hari Maria
mendapatkan kunjungan istimewa dari malaikat Gabriel untuk menyampaikan firman
Allah kepadanya. Ayat 30 berbunyi,
“….engkau beroleh kasih karunia” atau “charis.”Sesuatu yang kita dapatkan walaupun
kita tidak layak menerimanya. Kebalikan dengan prestasi: sesuatu yang kita peroleh
karena kita bekerja. Maria mendapatkan kasih karunia bukan prestasi. Dia dipilih bukankarena paling baik dari antara sesamanya,
melainkan karena kemurahan kasihkarunia Allah.
Sebagai orang Kristen, Kristus menebus kita
bukan hanya untuk menyelamatkan kita tetapi juga untuk menjadikan kita sebagai para
pelayanNya. Namun, dalam kehidupan pelayanan dan bergereja, seringkali kita menjumpai
orang Kristen yang menolak untuk melayani Tuhan dengan segudang alasan atau sebaliknya
terlibat aktif dalam pelayanan sambil merinci kanapa saja yang sudah dialakukan
untuk Tuhan. Tentu saja hal ini sangat menyedihkan
mengingat bahwa kita hanyalah alat yang dipakai oleh Tuhan dimana seluruh kemampuan
kita dalam melayani Tuhan adalah pemberianNya. Tidak ada orang yang tidak mampu
untuk melayani karena Tuhan pasti memberikan kemampuan. Dan juga tidak ada
orang yang terlalu berjasa dalam pelayanan karena Tuhanlah yang mengerjakan semuanya
itu di dalam diri kita menurut kehendakNya.
2. Memahami
bahwa panggilan Tuhan harus diresponi dengan ketaatan penuh. Anugerah
yang diterima oleh Maria bukanlah tanpa resiko. Sebaliknya, memiliki
resiko yang tinggi seperti kesalah pahaman
Yusuf yang mengakibatkan dia akan menceraikan Maria diam-diam (bdk.
Mat.1:18-19); kesalahapahaman dari keluarga besarnya dan warga sekitar; hukuman
mati menurut Taurat
(Ul.22:20-21).
Sedikit
orang Kristen yang memahami bahwa anugerah tidak selamanya menjadi sesuatu yang
mengenakkan dan menyenangkan. Ada kesulitan dan penderitaan dari sebuah anugerah.
Namun, Maria tetap tunduk dan tidak membantah. Sebaliknya, berkata,
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”Kalimat
yang singkat, namun menunjukkan iman yang hebat. John Calvin: ini merupakan buktinyata dari iman,
kalau kita mengekang pikiran kita, dan menaklukannya sehingga tidak berani menjawab
ini atau itu kepada
Allah: karena keberanian dalam berbantah adalah ibu dari ketidak percayaan.
Ketaatan
mutlak Maria bersumber pada iman dan pengenalannya yang benar akan Allah. Kita harus memahami bahwa kita mengabdi bukan
kepada sembarang Tuan melainkan kepada Allah yang Maha tinggi sebagai Tuan kita.Walaupun
kehendak Allah penuh dengan tantangan, kita tetap taat kepada kehendakNya karena
kita percaya akan Pribadi dan perkataanNya
sehingga setiap kali kehendak Allah dinyatakan kepada kita, kita bisa berkata,
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Pertanyaan
untuk direnungkan kembali:
1.
Sejauhmana Saudara memahami panggilan untuk
melayani Tuhan sebagai sebuah anugerah/kasihkarunia?
2.
Kalau Tuhan memberikan firman yang
kelihatannya tidak logis bagi saudara, maukah saudara percaya? Maukah Saudara tunduk
kepada perintahNya walaupun penuh resiko/mendatangkan kerugian besar bagi saudara?
Ringkasan khotbah Minggu, 14 Desember 2014 oleh Ev. NANIK WOELANDARI
0 komentar:
Posting Komentar