PEKERJAAN & PELAYANAN
Mat. 22:34-40; 1 Pet. 4:7-11; 2 Tes. 3:6-12
Banyak
orang Kristen membuat garis
yang tegas untuk memisahkan antara pelayanan dan pekerjaan.Pelayanan dipandang bersifat rohani, sedangkan pekerjaan bersifat duniawi. Keduanya dianggap terpisah satu dengan lainnya.Namun, apakah benar demikian? Hukum kasih (Mat. 22:34-40) menjadi dasar dalam menjawab pertanyaan ini. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kasih kepada Allah merupakan hal yang utama dan pertama, kemudian kasih kepada sesama dan diri sendiri merupakan hal kedua yang tidak kalah penting dari yang pertama. Hukum ini merupakan hukum yang mengatur kehidupan dari orang percaya. Kasih kepada Allah dinyatakan lewat kasih kepada sesame dan diri sendiri. Pernyataan kasih ini tidak hanya dinyatakan dalam bentuk pelayanan di gereja,
tetapi juga pada seluruh segi kehidupan orang percaya,
termasuk pekerjaan. Masalah pekerjaan menjadi perhatian dari Rasul Paulus. Kepada jemaat di Tesalonika
(2Tes. 3:6-12), Paulus dengan tegas mengingatkan orang percaya untuk bekerja dengan giat, sebagaimana yang dia teladankan.Kemudian, dalam suratnya kepada jemaat di Kolose (Kol.
3:23), Paulus mengingatkan para hamba bahwa Kristuslah yang menjadi
Tuan, bukan tuan mereka yang ada di dunia,
sehingga ketika melakukan pekerjaan hendaklah mereka melakukannya bagi Tuhan dan bukan manusia. Maka, pernyataan kasih kepada Allah juga seharusnya dinyatakan dalam keseharian pekerjaan. Segi kehidupan pekerjaan orang Kristen
seharusnya menyatakan relasinya dengan Allah dan menghadirkan Allah yang
menjadi Tuan dalam kehidupannya. Hal ini terlihat dalam kehidupan dari para tokoh Alkitab, seperti dalam kehidupan Yusuf (Kej. 39)
dan Daniel (Dan. 6). Yusuf
menyadari kehadiran TUHAN dalam setiap pekerjaannya, yang
disadari juga oleh tuannya (Kej. 39:2-3). Oleh karena itu, ketika ia diajak untuk melakukan perjinahan, Yusuf tidak hanya memandang tuannya di dunia, Potifar,
tetapi ia lebih memandang pada Allah, sebagai Tuannya, dalam mengambil tindakan (ay. 8-9). Kisah Daniel di lain pihak menceritakan kehidupan seorang yang menghadirkan
Allah yang hidup dalam kehidupan dan pekerjaannya, sehingga membuat raja, yang
merupakan atasannya
di dunia, mengenal Allah yang hidup (Dan. 6: 20-21).
Tanggungjawab dan keseriusan dalam bekerja bukan berarti menjadikan pekerjaan sebagai satu-satunya focus dan cara orang Kristen untuk menyatakan kasihnya kepada Allah dan sesama. Sebagai anggota tubuh Kristus, orang percaya juga diminta untuk melayani sesama orang percaya di
dalam gereja dengan menggunakan karunia yang diberikan oleh Allah (1 Pet.
4:10).Ayat ini menegaskan bahwa Allah memberikan karunia pada setiap orang yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Karunia tidak hanya diberikan oleh Allah
bagi para hamba Tuhan dan majelis, tetapi bagi setiap orang percaya.
Berdasarkan penjelasan di atas, firman Tuhan tidak memisahkan pekerjaan dari pelayanan. Keduanya merupakan bentuk pernyataan kasih orang percaya kepada Tuhan dan sesama. Dalam melakukan keduanya, orang percaya perlu saling belajar bagaimana menyeimbangkan keduanya dalam kehidupan keseharian. Pat Gelsinger, CEO dari VMware, adalah seorang yang
bergumul untuk dapat menyeimbangkan antara pekerjaan, pelayanan dan kehidupan keluarganya. Dia membagikan pentingnya mempunyai pernyataan misi pribadi yang ingin dicapai, nilai-nilai pribadi yang didasarkan pada kebenaran firmanTuhan, serta gol-gol pribadi yang mencerminkan ketiga unsure dalam kehidupan yang ingin dicapai dalam bukunya “Balancing God, Family and Work.” Contoh dari Gelsinger (kutipan dari pemikirannya dapat diunduh darihttp://findinggodinsiliconvalley.com/pat-gelsinger-ceo-of-vmware-balancing-faith-family-and-work/)
dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran bagi orang percaya untuk saling mengajarkan dan membangun. Namun, terlebih dari itu orang percaya perlu mempunyai kerinduan, kesediaan dan kemauan untuk dapat menyatakan kasihnya kepada Allah dan sesame melalui kehidupan pekerjaan dan pelayanannya dengan pertolongan dari Tuhan. KiranyaTuhan memampukan kita untuk melakukannya bagi kemuliaan-Nya.
Ringkasan
khotbah Minggu, 12 Juli 2015 oleh Pdt.
Sylvia Soeherman
0 komentar:
Posting Komentar