Ringkasan khotbah Minggu, 29 Mei 2016 oleh Pdt. GUMULYA DJUHARTO

KELUARGA YANG MENYENANGKAN ALLAH
Kejadian 27:1-10
            Keluarga yang menyenangkan Allah adalah keluarga yang berpusatkan pada Kristus dan berlandaskan firman Tuhan yang tertanam dalam hati dan bukan sekedar peraturan belaka. Artinya firman Tuhan menjadi dasar yang dipraktekkan dalam kehidupan agar hidup kita makin serupa Kristus bukan dunia ini. Ada beberapa ciri keluarga yang menyenangkan Allah, yang hidup mempraktekkan Firman Tuhan demi makin serupa dengan Dia.
            Mengedepankan kejujuran. Atau dengan kata lain tidak ada modus (modal dusta) di antara kita. Keluarga yang berlandaskan Firman Tuhan dan ingin makin serupa dengan Kristus haruslah mengedepankan kejujuran dan bukan memiliki rencana-rencana tersembunyi demi kepentingan diri sendiri. Teks kita menceritakan tentang keluarga Ishak dimana Ishak ternyata lebih menyayangi Esau sehingga membuat rencana hanya memberkati Esau sebelum dia mati. Ribka sebaliknya, dia lebih menyayangi Yakub sehingga mencari cara sedemikian rupa termasuk menghalalkan segala cara untuk merebut berkat itu demi Yakub anak kesayangannya. Keluarga tidak mungkin dapat menyenangkan hati Allah kalau masing-masing mengedepankan kehendak dan kemauan diri sendiri sehingga menyembunyikan sesuatu dan mulai mempraktekkan kebohongan.  
            Mengesampingkan Kesenangan Pribadi Demi Menolong Anggota Yang Lemah. Jelas terlihat bahwa Ishak menyukai Esau karena 2 alasan. Pertama, karena Esau terlihat macho (gagah dan lelaki tulen) dan suka berburu sehingga mampu memuaskan kesenangan Ishak. Kedua, karena Yakub lebih terlihat sebagai orang rumahan dan kurang terlihat macho. Tetapi apakah itu alasan tepat? Tidak karena bila orang tua menyayangi salah satu anaknya karena kelebihannya yang dimilikinya, orang tua tersebut mengabaikan kelemahan anaknya!. Terbukti Esau hanya terlihat macho diluar. Segera setelah berkat Ishak diberikan kepada Yakub, dia meraung-raung dengan keras. Esau terlihat rapuh di dalam. Demi menciptakan keluarga yang menyenangkan Allah, orang tua harus mengesampingkan kesenangan pribadi, khususnya kepuasan terhadap anak yang dianggap baik, pintar, cakep dsb dan konsentrasi pada kelemahan anak2 tersebut supaya kita dapat menolongnya untuk mengatasi kelemahan mereka. 
            Mengenal dan mengalami berkat sejati. Kunci masalah dalam teks kita adalah penafsirankonsep “berkat”. Benarkah hanya satu berkat yang dapat diberikan Ishak keapada anak2nya ? Perhatikan yang dikatakan Ishak terkait berkat yang akhirnya diberikan kepada Esau, “.... apabila engkau berusaha sungguh2, engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu (ay.40). Apakah ini gambaran koreksi Ishak sendiri terhadap konsep berkat yang membuatnya menyusun rencana tersembunyi hanya untuk memberkati Esau ? Apakah juga ada berkat dari tanah2 tandus ketika kita sungguh2  mengusahakannya & bukan hanya berkat dari tanah2 gemuk ? Dari bagian2 lain Alkitab kita menemukan bahwa berkat sejati bukan sekedar bicara tentang berkat materi melainkan yang paling pertama dan utama adalah berkat dihati baik itu kedamaian, sukacita dsb yang biasanya menyebar ke area2 lain dalam hidup kita. Sudahkan kita mengubah pola berpikir kita bahwa berkat itu hanya berarti uang melimpah, kerjaan lancar, semua beres ? Bukankah Tuhan dapat mengubah keadaan yang secara manusia tidak baik ? Bahkan kita diijinkan Tuhan melewati hal2 yang tidak menyenangkan karena ada berkat2 rohani dari perjuangan iman tersebut ?
Ringkasan khotbah Minggu,  29  Mei  2016 oleh Pdt. GUMULYA DJUHARTO

0 komentar:

Posting Komentar