Ringkasan khotbah Minggu, 29 Mei 2016 oleh Pdt. GUMULYA DJUHARTO

KELUARGA YANG MENYENANGKAN ALLAH
Kejadian 27:1-10
            Keluarga yang menyenangkan Allah adalah keluarga yang berpusatkan pada Kristus dan berlandaskan firman Tuhan yang tertanam dalam hati dan bukan sekedar peraturan belaka. Artinya firman Tuhan menjadi dasar yang dipraktekkan dalam kehidupan agar hidup kita makin serupa Kristus bukan dunia ini. Ada beberapa ciri keluarga yang menyenangkan Allah, yang hidup mempraktekkan Firman Tuhan demi makin serupa dengan Dia.
            Mengedepankan kejujuran. Atau dengan kata lain tidak ada modus (modal dusta) di antara kita. Keluarga yang berlandaskan Firman Tuhan dan ingin makin serupa dengan Kristus haruslah mengedepankan kejujuran dan bukan memiliki rencana-rencana tersembunyi demi kepentingan diri sendiri. Teks kita menceritakan tentang keluarga Ishak dimana Ishak ternyata lebih menyayangi Esau sehingga membuat rencana hanya memberkati Esau sebelum dia mati. Ribka sebaliknya, dia lebih menyayangi Yakub sehingga mencari cara sedemikian rupa termasuk menghalalkan segala cara untuk merebut berkat itu demi Yakub anak kesayangannya. Keluarga tidak mungkin dapat menyenangkan hati Allah kalau masing-masing mengedepankan kehendak dan kemauan diri sendiri sehingga menyembunyikan sesuatu dan mulai mempraktekkan kebohongan.  
            Mengesampingkan Kesenangan Pribadi Demi Menolong Anggota Yang Lemah. Jelas terlihat bahwa Ishak menyukai Esau karena 2 alasan. Pertama, karena Esau terlihat macho (gagah dan lelaki tulen) dan suka berburu sehingga mampu memuaskan kesenangan Ishak. Kedua, karena Yakub lebih terlihat sebagai orang rumahan dan kurang terlihat macho. Tetapi apakah itu alasan tepat? Tidak karena bila orang tua menyayangi salah satu anaknya karena kelebihannya yang dimilikinya, orang tua tersebut mengabaikan kelemahan anaknya!. Terbukti Esau hanya terlihat macho diluar. Segera setelah berkat Ishak diberikan kepada Yakub, dia meraung-raung dengan keras. Esau terlihat rapuh di dalam. Demi menciptakan keluarga yang menyenangkan Allah, orang tua harus mengesampingkan kesenangan pribadi, khususnya kepuasan terhadap anak yang dianggap baik, pintar, cakep dsb dan konsentrasi pada kelemahan anak2 tersebut supaya kita dapat menolongnya untuk mengatasi kelemahan mereka. 
            Mengenal dan mengalami berkat sejati. Kunci masalah dalam teks kita adalah penafsirankonsep “berkat”. Benarkah hanya satu berkat yang dapat diberikan Ishak keapada anak2nya ? Perhatikan yang dikatakan Ishak terkait berkat yang akhirnya diberikan kepada Esau, “.... apabila engkau berusaha sungguh2, engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu (ay.40). Apakah ini gambaran koreksi Ishak sendiri terhadap konsep berkat yang membuatnya menyusun rencana tersembunyi hanya untuk memberkati Esau ? Apakah juga ada berkat dari tanah2 tandus ketika kita sungguh2  mengusahakannya & bukan hanya berkat dari tanah2 gemuk ? Dari bagian2 lain Alkitab kita menemukan bahwa berkat sejati bukan sekedar bicara tentang berkat materi melainkan yang paling pertama dan utama adalah berkat dihati baik itu kedamaian, sukacita dsb yang biasanya menyebar ke area2 lain dalam hidup kita. Sudahkan kita mengubah pola berpikir kita bahwa berkat itu hanya berarti uang melimpah, kerjaan lancar, semua beres ? Bukankah Tuhan dapat mengubah keadaan yang secara manusia tidak baik ? Bahkan kita diijinkan Tuhan melewati hal2 yang tidak menyenangkan karena ada berkat2 rohani dari perjuangan iman tersebut ?
Ringkasan khotbah Minggu,  29  Mei  2016 oleh Pdt. GUMULYA DJUHARTO

Ringkasan khotbah Minggu, 22 Mei 2016 oleh Lz. Y. NELSON LUAN

MENGENAL NAMA MU - MAZMUR. 46:1-12

Allah kita adalah Allah yang besar, Allah yang dikenal oleh segala bangsa. Bangsa Israel  mengenal nama Allah dengan berbagai sebutan: Adonai         : Tuan, Tuanku atau Allah yang perkasa, El: Allah yang kuat, Elohim: Sang pencipta yang Maha Kuasa, Elyon: Allah yang Maha tinggi, Elohe Yisrael: Allah Israel, El Olam: Allah yang kekal, El Roi: Allah yang melihat, El Shaddai: Allah yang Maha Perkasa, Immanuel: Allah beserta kita.  
1.      Allah Sang Pencipta yang Maha Kuasa (Elohim)
Allah telah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.  dijadikan begitu mulia dan sangat berharga. Allah menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Seperti burung-burung diudara Ia pelihara apalagi kita sebagai umat Ciptaan-Nya sendiri yang telah dirancang dengan sedemikian rupa.
Allah menjaga kita, tahu apa yang menjadi kebutuhan umatNya, Ia akan melakukan apa pun sesuai dengan kehendak-Ny, berkuasa hidup manusia, menentukan hidup maupun mati. Semua ada didalam tangan pengasihan-Nya.
2.      Allah yang Maha Melihat (El Roi)
Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dihadapan-Nya. Manusia dengan cara apapun tidak dapat bersembunyi daripada-Nya.Tidak ada satu dosa pun  yang dapat tersembunyi dari Allah. Berkaitan dengan dosa, kita seringkali berpikir bahwa apa yang diperbuat tidak dapat diketahui oleh banyak orang selain kita sendiri dan Tuhan.  Mata Tuhan tidak seperti manusia, apa yang kita lakukan yang tersembunyi sekalipun Ia tahu. Ia melihat kita dan setiap pergumulan kita.  Ketika menghadapi pergumulan atau ujian yang berat, jangan mengeluh dan cepat menyalahkan Tuhan, seolah Dia tidak tau dan membiarkan kita sendiri menghadapi setiap permasalahan kita seorang diri.
Penting memiliki pemahaman yang benar tentang tujuan dari ujian yang  Allah ijinkan adalah supaya mengetahui bahwa kitai tidak mampu menghadapinya. Sehingga kita merasa membutuhkan Tuhan untuk menghadapinya.
3.      Allah yang selalu beserta Kita (Immanuel)
 Allah Immanuel adalah Allah yang selalu menyertai, membimbing menuntun umat pilihan-Nya. Allah  berjanji  menyertai manusia. Allah yang Immanuel,  sudah dan akan selalu beserta kita.  Penting  mengenal siapa Allah kita. Supaya tidak diombang ambingkan oleh pengajaran-pengajaran yang tidak benar. Dia adalah Allah yang Menciptakan kita, Dia Allah yang mengetahui atau melihat siapa diri kita dan Dia Allah yang akan menuntun dan menyertai kita selama-lamanya. Dia adalah kota benteng dan tempat perlindungan kita. Kepada Dialah kita berharap dan berlindung, maka yakin dan percayalah bahwa Ia akan menuntun dan menyertai kita sampai selamanya.  

Ringkasan khotbah Minggu,  22  Mei  2016 oleh Lz. Y. NELSON LUAN

Ringkasan khotbah Minggu, 15 Mei 2016 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

ROH YANG MEMIMPIN PADA KEBENARAN
 Yohanes 16:12-15

Dalam Kitab Yohanes ini Tuhan Yesus mengatakan kepada para murid, ketika Roh Kudus datang, Ia akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran. v13. Tetapi apabila Ia datang (Roh Kudus) yaitu Roh Kebenaran akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang di dengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
Ada 2 tujuan yang Tuhan inginkan ketika Ia mengatakan pada para murid, bahwa Ia akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran :
1.    Supaya mereka tidak tersesat atau salah jalan.
Di sini Tuhan Yesus meyakinkan bahwa Roh Kebenaran itu akan memimpin para murid, sama seperti ketika umat Israel dipimpin melewati padang gurun, dengan tiang awan dan tiang api. Roh Kebenaran itu akan mencegah mereka melakukan kesalahan bahkan senantiasa menyertai para murid untuk menyampaikan kebenaran dan hidup berjalan dalam kebenaran, berjalan dalam terang firman Tuhan artinya, berjalan sesuai dengan firman Tuhan. Dalam kebenaan itu Roh akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran.
Jika manusia yang berdosa saja ingin hidup dalam kebenaran, apalagi Tuhan tentu menginginkan supaya manusia hidup dalam kebenaran. Tetapi seringkali manusia dalam hidupnya mengalami kesulitan untuk hidup dalam kebenaran sehingga kita melihat ada yang hidupnya salah jalan. Misalnya dengan sengaja merencanakan dan melakukan kejahatan seksual. Sudah jelas orang yang demikian berada pada jalan yang salah, berada dalam kegelapan sehingga tersesat. Ketika siapapun mau di pimpin oleh Roh kebenaran dijamin tidak akan salah jalan tetapi akan memberikan pengaruh yang benar di ligkungan yang tidak benar. Jadi yang namanya kunjungan kerja fiktif, korupsi, kejahatan seksual tidak ada, tetapi yang adalah hidup jujur, menciptakan suasana yang aman, kepedulian satu dengan yang lain, pelayanan dengan sepenuh hati bukan karena paksaan. Roh Kudus atau Roh Kebenaran akan memimpin manusia pada seluruh kebenaran sesuai firman Tuhan sehingga yang dilakukan adalah kebenaran. Maukah kita dipimpin Roh kebenaran ?
2.    Supaya berhasil mewujudkan atau mencapai tujuan Tuhan.
Roh Kebenaran akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran, seperti seorang nahkoda akan menuju pelabuhan yang dituju. Demikian juga dengan Roh Kebenaran memimpin para murid berhasil mewujudkan tujuan Tuhan. Roh kebenaran menghendaki supaya para murid memberitakan suatu kebenaran yang akan datang. Tentu para murid tidak mengetahui hal ini namun Roh kebenaran terlebih dahulu akan memberitahu para murid. Sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga Ia pernah memberitahu para murid bahwa Ia akan datang kembali untuk membawa mereka ke tempat di mana Tuhan berada yaitu Surga. Roh Kebenaran atau Roh Kudus itu akan memimpin, memberikan keberanian pada para murid dan orang-orang percaya untuk memberitakan kasih Tuhan pada sesama.
Tentu oleh pertolongan Roh kebenaran saja jika hingga saat ini bahkan saya yakin sampai selama-lamanya ada orang-orang percaya yang setia memberitakankebenaran mengenai kasih Tuhan, pengampunan dosa, pemeliharan Tuhan, hidup kekal, hukuman kekal dan sebagainya.
Roh Kebenaran akan memimpin seluruh orang percaya pada kebenaran supaya tidak salah jalan tetapi berada pada jalan yang benar dan supaya dapat mewujudkan kehendak atau tujuan. Bila menggunakan rasio kita dapat mengatakan sulit dapat terwujud tapi jika kita memandang dengan kaca mata iman TIDAK ADA YANG MUSTAHIL DI DALAM TUHAN.
Di hari raya Pentakosta ini mari kita ingat  bahwa dalam diri kita masing-masing ada Roh Kebenaran yaitu Roh Kudus Tuhan yang akan memimpin hidup kita ke dalam seluruh kebenaran sehingga nama Tuhan dimuliakan
Ringkasan khotbah Minggu,  15  Mei  2016  oleh  Ev. ANAM PENI ASIH

Ringkasan khotbah Minggu, 8 Mei 2016 oleh Pdt. EM. PETERUS PAMUDJI

KELUARGA YANG MENGASIHI TUHAN
Yosua 24;14-15; Yohanes 12:1-8; 1 Korintus 15:57-58

 Keluarga yang mengasihi Tuhan mengingatkan bahwa keluarga itu penting. Tujuan Tuhan membentuk keluarga untuk  untuk mewujudkan cinta kasih. Mengasihi Tuhan tidak dapat dilihat tetapi harus ada tindakan.
Yosua mengatakan, “Aku dan seisi rumahku beribadah kepada Tuhan”.  Kata beribadah artinya melayani Tuhan. Yosua dan keluarganya bertekad  mengasihi Tuhan dengan beribadah kepada Tuhan. Ibadah merupakan salah satu wujud cinta kasih kepada Tuhan.
Keluarga Maria, Marta dan Lazarus adalah keluarga yang mengasihi Tuhan dan dikasihi Tuhan. Maria sendiri pernah menggunakan rambutnya  meminyaki kaki Yesus dengan minyak  Narwastu yang mahal harganya.  Hal ini Maria lakukan sebagai wujud kasihnya dan sebagai ungkapan syukur  kepada Tuhan Yesus.  Keluarga Maria sebelumnya juga sudah mengalami cinta kasih Tuhan pada waktu Lazarus dibangkitkan dari kematian . Ketika Maria dan Marta memberitahukan kepada Yesus Yesus bahwa Lazarus sakit, namun Yesus sengaja tidak segera datang ke rumah mereka. Yesus berkata kepada mereka bahwa:”Penyakit  itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan. Dua hari kemudian Yesus baru datang ke rumah Maria tetapi Lazarus sudah meninggal dunia bahkan sudah dimakamkan selama  empat hari. Tuhan Yesus memerintahkan supaya makam yang  dipakai untuk  menutup  batu diangkat.  Setelah batu diangkat ternyata sudah berbau, namun Ia berkata,”Lazarus, marilah keluar!”.  Dan Lazarus  bangkit dan Tuhan Yesus memerintahkan supaya membuka kain-kain yang mengikat kaki, tangan dan membuka kain peluh yang menutup mata serta membiarkan Lazarus pergi.
Dalam 1 Korintus 13:57-58 Paulus  mengingatkan bahwa pelayanan merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan dan ia juga mengajak supaya giat dalam pekerjaan Tuhan yaitu rajin melayani dengan memahami itu sebagai ungkapan kasih kepada Tuhan.
Marilah kita menyatakan kasih kepada Tuhan melalui tindakan. Keluarga yang mengasihi Tuhan minimal beribadah kepada Tuhan. Kita mengasihi Tuhan melalui pekerjaan, pelayanan di masyarakan, gereja dan sebagainya. Maria memberikan yang paling berharga melalui tindakannya. Marilah kita juga mewujudkan kasih kepada Tuhan melalui tindakan.           
Ringkasan khotbah Minggu,  8 Mei  2016 oleh Pdt. EM.  PETERUS PAMUDJI

Ringkasan khotbah Minggu, 1 Mei 2016 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

MEREKA PERLUKAN – Lukas 19:1-10

Ada 3 tipe orang percaya :
1.    Tahu membutuhkan Tuhan namun tidak berusaha mencari Tuhan dampaknya sulit merasakan kasih Tuhan, meragukan pertolonganNya, sulit bersyukur dan sebagainya.
2.    Tahu membutuhkan dan mencari Tuhan namun tidak mengetahui apa maunya Tuhan dampaknya pola pikir dan perilaku tidak berubah walaupun sudah lama menajdi orang percaya.
3.      Tahu membutuhkan dan mencari Tuhan lalu ada perubahan seperti yang Tuhan kehendaki.
Ketika Yesus masuk kota Yerikho di sana ada seorang kepala pemungut cukai yang bernama Zakeus. Ia merasa perlu untuk melihat Yesus. Dalam perikop sebelumnya Yesus menyembuhkan orang buta, 10 orang yang sakit kusta, orang yang bungkut selama 18 tahun. Mendengar yang dilakukan Yesus sedemikian hebatnya, Zakeus merasa perlu untuk melihat Yesus, walaupun kebutuhannya ini tidak dapat langsung terpenuhi karena ada hambatan yang harus di hadapi yaitu karena badannya pendek dan  orang banyak yang juga ingin melihat Yesus.
            Namun kendala tersebut tidak menghalanginya untuk mewujudkan keinginannya supaya dapat melihat Yesus. Ia berusaha dengan naik pohon Ara. Apa yang ingin dilihat Zakeus dari Yesus ? Melihat dalam bahasa aslinya eidon artinya memperhatikan. Zakeus ingin memperhatikan siapakah Yesus sebenarnya. Setelah Zakeus dapat melihat Yesus dari pohon Ara, ia tidak pernah berpikir bahwa Tuhan Yesus akan berkata :”Zakeus segeralah turun sebab hari ini aku harus menumpang di rumahmu”. Semula kebutuhan Zakeus hanya ingin melihat Yesus namun ia mendapat perhatian istimewa yaitu Tuhan Yesus peduli dengan kebutuhan Zakeus. Walaupun Zakeus dianggap sebagai orang berdosa oleh orang-orang lain. Tuhan menyentuh hatinya  dan ia merasakan sentuhan itu sehingga Zakeus mengalami perubahan pola pikir, perbuatan dan tekad. Zakeus peduli pada orang miskin (v.8 setengah dari harta yang dimiliki akan diberikan pada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang ku peras dari seseorang akan ku kembalikan empat kali lipat). Bila kita renungkan kisah Zakeus ini kita mengetahui bahwa  Zakeus merasa perlu melihat Tuhan dan ia rela menyediakan waktu untuk melihat Tuhan, ia tersentuh hatinya dan ada perubahan pola pikir serta perbuatan.     Sebagai anak-anak Tuhan kita juga memerlukan Tuhan tetapi maukah kita menyediakan waktu untuk memperhatikan siapakah Tuhan Yesus dengan menyediakan waktu untuk memperhatikan dalam arti mendengarkan firman Tuhan melalui  ibadah, saat teduh, persekutuan dan sebagainya. Jangan kita hanya perlu Tuhan supaya bebas dari masalah, ini cara pandang yang salah. Kita mencari Tuhan supaya dapat menghadapi masalah dan bersyukur. Jangan mencari Tuhan supaya diberkati dalam arti semua keinginan terpenuhi tetapi dengan mencari Tuhan kita dapat menghadapi realita hidup sesuai kehendak Tuhan, misalnya dapat bersyukur karena pemeliharaan Tuhan walaupun keadaan sulit . 
Ringkasan khotbah Minggu,  1 Mei  2016 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

Ringkasan khotbah Minggu, 24 April 2016 oleh Lz. HERMAN NAPITUPULU

FIRMAN-MU PELITA BAGI KAKIKU
Ulangan 8:1-10

 Ada dua keadaan yang dapat menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan atau tergoda untuk tidak berpegang pada firman Tuhan, yakni kesusahan dan kemakmuran.  Kesusahan dapat membuat seseorang putus asa dan meragukan pemeliharaan Tuhan, sementara kemakmuran bisa membuat seseorang lupa diri dan merasa tidak lagi membutuhkan Tuhan dalam hidupnya.
Dalam perjalanan kehidupan bangsa Israel, Nenek moyang mereka sering tergoda untuk memberontak kepada Allah ketika berhadapan dengan kesusahan yang mereka alami di padang gurun.  Sebagai contoh peristiwa yang terjadi di Meriba, dimana orang Israel bersungut-sungut kepada Musa oleh karena tidak ada air untuk diminum, sehingga mereka menuduh Musa memimpin mereka keluar hanya untuk membunuh mereka di padang gurun.  Mereka melupakan Allah yang adalah sumber kehidupan itu.  Sebaliknya, saat bagian ini dituliskan, orang Israel tidak lagi berada di padang gurun yang luas dan gersang.  Mereka ada di dataran Moab, di seberang sungai Yordan dan sebentar lagi mereka akan memasuki tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan kepada nenek moyang mereka.  Suatu tanah yang kaya dengan hasil bumi dan tambangnya , dimana mereka akan makan dan akan kenyang.   Dalam kemakmuran diharapkan mereka akan selalu mengingat sang sumber berkat dan memuji Tuhan, karena negeri yang baik yang diberikanNya kepada mereka (ayat 10).
 Tetapi bukankah kemungkinan untuk melupakan Allah di tanah tersebut sangat terbuka bagi orang Israel yang sering tidak setia?  Oleh karena itu pidato Musa di bulan-bulan terakhir kehidupannya dalam perikop ini sangat penting untuk diperdengarkan kepada orang Israel.  Dengan tujuan agar mereka terus berpegang kepada perintah Tuhan, bukan malah melupakan Tuhan dalam masa  kemakmuran di tanah perjanjian. Sebagai anak-anak Tuhan haruslah kita hidup berpegang pada firman Tuhan, karena Allah sang pemberi firman itu adalah sumber kehidupan dan Allah yang setia pada janjiNya. Sambil menantikan hari Tuhan yang pasti akan digenapiNya, marilah dengan iman kita bergantung sepenuhnya kepada Dia, sang sumber hidup, dengan terus berpegang kepada firmanNya.  Percayalah, bahwa janji Allah yang akan menjemput kita pada kedatangan Yesus yang kedua kali pastilah akan tergenapi.
Ringkasan khotbah Minggu,  24 April 2016 oleh Lz. HERMAN NAPITUPULU

Ringkasan khotbah Minggu, 17 April 2016 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

HAL YANG KUDUS DAN BERHARGA
Matius 7:6

Di sini Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan kepada para murid supaya jangan memberikan barang yang kudus pada Anjing dan jangan memberikan mutiara pada Babi.

Bila dengan sederhana kita pahami binatang apapun termasuk Anjing tentu tidak mengetahui apa itu barang yang kudus, demikan juga dengan Babi ia tidak tahu barang yang berharga, walaupun itu mutiara. Hanya manusia yang mengetahui apakah barang itu kudus dan berharga.
Tuhan juga memberikan alasan mengapa  jangan memberikan barang yang suci pada Anjing adalah  supaya jangan berbalik menyerang sedangkan pada Babi supaya jangan menginjak-injak mutiara itu dengan kakinya.
Mutiara itu carinya sulit, sulit mesti di laut yang agak dalam, membukanya juga sulit bisa kena tangan. Jika mutiara diberikan pada Babi itu percuma walaupun kita tahu itu harganya mahal. Tuhan Yesus katakan hanya akan diinjak-injak oleh Babi.
Penafsir mengatakan mutiara itu seperti manik-manik yang indah, harganya lebih mahal bila dibandingkan dengan binatang Babi atau Anjing.

Apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus yang kudus dan beharga dalam bagian ini ?
Keselamatan yang Tuhan berikan pada orang yang mau menerimanya.
Mengapa Tuhan Yesus menyebut kudus => Karena Ia tidak berdosa. Keselamatan hanya ada di dalam Tuhan Yesus.
Mengapa Tuhan Yesus menyebut berharga ? Karena Keselamatan itu terlalu mahal sehingga tidak seorangpun yang dapat memperolehnya. Dimana mahalnya Tuhan Yesus harus menderita, disalib, mati dan bangkit, setelah itu orang baru percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamat. 

Apa yang dimaksud mutiara disini ? mutiara itu indah, bagus dan menyenangkan . Mutiara disini adalah gambaran pengajaran  firman Tuhan yang membuat manusia menjadi indah, menyenangkan. Apanya yang indah pikirannya, tingkah laku dan perbuatannya. Hanya pengajaran firman yang membuat hidup manusia indah, bukan karena uang, kedudukan.
Keselamatan merupakan berkat dan anugerah Tuhan terbesar sedangkan pengajaran firman Tuhan adalah bekal yang terutama untuk menjalani hidup dengan benar sehingga memuliakan nama Tuhan. Itulah yang menyenangkan Tuhan. 

Mari kita menghargai dan mensyukuri  anugerah keselamatan dan pengajaran-pengajaran yang Tuhan berikan.
Ringkasan khotbah Minggu,  17 April  2016 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

Ringkasan khotbah Minggu, 10 April 2016 oleh Pdt. SUWANTON HOO

DASAR RUMAH TANGGA KRISTEN
II Timotius 3:15-16
Ditulis oleh Paulus, untuk Timotius, anak rohaninya (1:1-2). Mengingatkan Timotius akan modal berharga bagi hidup dan pelayanannya yaitu Firman Tuhan, yang dia sudah dapatkan sejak kecil dan melalui keluarga.  Benih FT itu didapat dari sebuah keluarga yang beriman --- Ibu Eunike, Nenek Lois (1:5). Timotius masih muda dan saat itu melayani di gereja Efesus sebagai gembala --- berhadapan dengan pengajar palsu. 
“Ingatlah…” Tetap berpegang teguh pada (tinggal dalam) kebenaran yang sudah dipelajari dan diyakini walaupun dalam kondisi atau masa yang sangat menyulitkan. Timotius tidak boleh mundur walaupun menderita melainkan tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran di dalam Kitab Suci. Mengapa? Seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah. Kitab Suci itu lebih dari sekedar kitab atau buku ajaran. Kitab suci itu hidup oleh karena Roh Allah yang menghidupkan. Fungsi Firman Tuhan :
“memberi hikmat”  : bijaksana / akal budi  --- dalam hubungan dengan Tuhan. “menuntun pada keselamatan” : membawa pada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat. “mengajar”: sumber informasi, ajaran dan nilai2 religius. Pemikiran, rencana, dan kehendak Allah ada di dalam Kitab Suci.
“menyatakan kesalahan” : membukakan  / menyadarkan manusia akan  kesalahan-kesalahannya. memperbaiki kelakuan” : menolong manusia memperbaiki kesalahannya itu. “mendidik orang dalam kebenaran”: cara hidup menuju perubahan pikir dan sikap untuk hidup dalam kebenaran Allah. Firman Tuhan dasar membangun keluarga :
1.  KELUARGA :  -   3 M (Membaca, Mengerti, Melakukan)  Firman Tuhan bersama-sama dalam keluarga.
2. GEREJA : -    3 M (Menghadiri, Mendengar & Melakukan)  Firman Tuhan bersama-sama sebagai umat Allah.
Ringkasan khotbah Minggu, 10 April 2016 oleh Pdt. SUWANTON HOO

Ringkasan khotbah Minggu, 3 April 2016 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

TAK TERGOYAHKAN OLEH APAPUN
Roma 1:16-17
Bila kita memperhatian sebuah pohon kita dapat melihat ada yang mudah roboh karena angin tetapi juga ada pohon yang tetap berdiri kokoh walaupun ada angin yang kencang. Pohon apapun tidak dapat menghidari terpaan angin yang tiba-tiba datang.
          Demikian pula dengan kehidupan setiap manusia harus menghadapi macam angin yang dapat menggoyahkan iman percayanya. Sebagai orang percaya tentu ingin supaya tidak mudah tergoyahkan oleh apapun dengan yang terjadi dalam kehidupan kita masing-masing.
Saat itu Paulus ingin memberitahukan kepada jemaat di Roma  bahwa  Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Injil artinya kabar sukacita atau kabar baik. Yang dimaksud kekuatan Allah disini adalah kuasa Allah. Jadi Injil adalah kabar sukacita. Apa sukacitanya ? Dengan kuasaNya Allah menyelamatkan. Siapa yang diselamatkan ? setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Tapi dalam perikop ini mengapa Paulus mengatakan pertama-tama orang Yahudi kemudian orang Yunani ?
Penduduk di Roma terdiri dari orang Yahudi dan Yunani. Dan orang-orang Yahudi ini yang lebih dahulu percaya kepada Tuhan baru kemudian orang Yunani. Pada jaman Musa orang-orang Yahudi yang lebih dahulu menerima hukum Taurat. Injil adalah berita  kasih dan kebenaran Allah. Hidup manusia berdosa akan berujung pada kebinasaan karena dosa membuat manusia berada di bawah murka Allah. Siapakah yang dapat menyelamatkan? Manusia tidak ada yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri tetapi Allah sendi-rilah, yang dalam kasih karunia-Nya kemudian mengutus Anak Tunggal-Nya untuk menyelamatkan manusia. Jika manusia mau beriman kepada Anak-Nya itu, maka manusia diselamatkan. Inilah yang dinyatakan Injil. Jadi Injil adalah kabar baik karena memimpin setiap orang ke dalam persekutuan yang benar dengan Allah. Mereka yang termasuk di dalamnya adalah mereka yang mau mengimani tindakan penyelamatan Allah melalui Kristus. Semua orang yang mau beriman kepada Kristus, akan menerima status dibenarkan dan akan hidup. Berita itulah yang disampaikan Paulus kepada jemaat di Roma. Ia memang telah dipanggil untuk itu (ayat 1). Namun di sisi lain, hasrat itu didorong oleh keyakinannya yang kokoh akan Injil bahwa Injil adalah kuasa Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (ayat 16).Memang setiap orang telah berdosa dan patut dimurkai oleh Allah, namun oleh kemurahan Allah melalui kuasa injil, manusia dilepaskan dari murka Allah. Sebesar apa pun dosa dan kesalahan kita di masa lalu, asal kita percaya pada Injil Tuhan, kita diselamatkan. Injil bukan hanya kekuatan Allah yang menyelamatkan tetapi di dalam Injil nyata kebenaran Allah, yaitu bertolak pada iman dan memimpin kepada iman. Marilah kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru selamat kita dan jangan mudah tergoyahkan oleh apapun yang terjadi dalam kehidupan kita.         
Ringkasan khotbah Minggu,  3 April  2016 oleh Ev. ANAM PENI ASIH

Ringkasan khotbah Minggu, 27 Maret 2016 oleh Ev. A. Peni Asih

KEBANGKITAN KRISTUS MEMBERIKAN PENGHARAPAN 
Yohanes 20:19-23

Segala sesuatu yang ada dalam dunia ini hanya memberikan harapan yang sementara bahkan tidak dapat memberikan harapan yang pasti, dengan demikian tidak jarang kita putus asa, takut,  tidak punya semangat hidup, mengeluh dan sebagainya.
Setelah Tuhan Yesus meninggal, Alkitab mencatat bahwa murid-murid takut pada orang2x Yahudi. Saat itu pada hari pertama dalam minggu itu, hari sesudah sabat orang Yahudi (Jum’at siang Yesus wafat) Minggu malam para murid berkumpul berada dalam suatu ruangan dan pintu terkunci.
Ketika murid-murid takut dianiaya oleh orang-orang Yahudi karena sebagai pengikut Tuhan, tetapi mereka tetap berkumpul (bersekutu), penafsir mengatakan para murid berkumpul untuk berdoa bersama, beribadah dan membicarakan berkaitan dengan informasi yg mereka dengar bahwa Tuhan Yesus bangkit.  Tuhan tahu jika para murid ini takut, tidak membiarkan mereka  hadir ditengah2x mereka dan berkata secara pribadi pada murid-murid dengan memberikan harapan yang pasti. Kita semua pernah takut dengan alasan yang berbeda .... ingatlah hanya di dalam Tuhan kita merasakan damai sejahtera.
Harapan yang pasti bagaimana ? Tuhan Yesus berkata, DAMAI SEJAHTERA BAGI KAMU (Tuhan berkata dua kali v. 19b Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri ditengah-tengah mereka dan berkata, DAMAI SEJAHTERA BAGI KAMU, v.21 Maka kata Yesus sekali lagi : “Damai sejahtera bagi kami, Sama seperti Bapa mengutus Aku demikian juga sekarang Aku mengutus kamu) . Di sini kita belajar bahwa damai sejahtera itu dari Tuhan, tidak dapat ada di dalam dunia ini.
Dampak setelah Tuhan Yesus memberikan harapan yaitu damai sejahtera : bersukacita melihat Tuhan (saat ini kita tidak dpt melihat Tuhan namun kita dapat mendengar suara dgn membaca Alkitab)
Dalam perikop ini Tuhan Yesus memberikan salah satu contoh merasakan damai sejahtera disini adalah Tuhan mengampuni dosa manusia. Pengampunan dosa yang Tuhan berikan membuat manusia mengalami damai sejahtera.  Siapapun manusia pernah melakukan kesalahan. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika bersedia saling memaafkan maka damai sejahtera dapat dirasakan. Dan Tuhan yang sudah bangkit itu mampu memberikan damai sejahtera pada umatNya.
Sukacita kita sebagai orang percaya adalah karena Tuhan yang kita percaya adalah Tuhan yang hidup. Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang hidup. Saat itu para murid sudah tidak punya harapan, karena pare murid merasa mereka tidak dapat melihat Tuhan, tidak yg dapat menolongnya. Tetapi setelah mereka tahu bahwa Tuhan Yesus bangkit mereka memiliki harapan yang baru Kebangkitan Kristus memberikan harapan yang pasti, kuasa maut telah dikalahkan, belenggu dosa telah dipatahkan
Marilah kita percaya bahwa kuasa kebangkitann-Nya memampukan kita untuk menjalani hidup yang Tuhan percayakan dengan suatu kepastian bahwa kita menyerti ada harapan yang pasti di dalam Tuhan Yesus. 
Ringkasan khotbah Minggu, 27 Maret 2016 oleh Ev. A. Peni Asih

Ringkasan khotbah Minggu, 13 Maret 2016 oleh Ev. A. Peni Asih

SIMON MEMIKUL SALIB
Mat. 27:32; Markus 15:21; Luk. 23:26
Ada beberapa orang yg bernama Simon dalam Alkitab. Salah satunya adalah Simon Kirene. Diakui oleh para ahli bahwa Simon dari Kirene (Kirene adalah nama kota di Afrika Utara) memiliki peranan penting sebagai orang yang membantu Yesus memikul salib menuju ke Bukit Golgota. Baik menurut Markus maupun Matius, mereka semua mengetahui dan mencatat bhw Simon Kirene dipaksa mereka (prajurid-prajurid) untuk memikul salib  yang akan dipakai untuk menyalibkan Tuhan Yesus.
Mengapa para prajurid memaksa Simon Kirene untuk memikul salib ?
1.    Karena secara manusia Tuhan Yesus sdh tidak mampu memikul salib secara fisik capek, lemah akibat fisik yang terluka karena dipukul, dicambuk, darah banyak yang keluar. Para murid tidak tahu kemana mereka pergi sedangkan para  prajurid sendiri tidak ada yang mau menggantikan untuk memikul salib.
2.     Karena saat itu Simon Kirene ini sedang lewat, lalu dipaksa untuk memikul salib. Jika para murid ada tentu para prajurid akan dipaksa juga.  BIS yang dikasihi Tuhan, para prajurid ini menganggap bahwa Simon Kirene ini pengikut Yesus karena pernah mendengarkan ajaran Yesus.
Simon Kirene dipaksa memikul salib di sini dalam bahasa aslinya anggareuo artinya dipaksa melakukan tugas, harus mau karena menjadi pengikut Tuhan. Jadi memikul salib harus dihadapi karena tidak dapat dihindari.
Salib itu sendiri melambangkan :
1.    Penderitaan => memikul salib berarti memikul penderitaan => Yesus sudah mengalami kemudian Simon Kirene
2.    Melambangkan penghinaan => mulai dari hadapan mahkamah agama,  memikul salib sampai disalibkan Tuhan Yesus tak henti2xnya di remehkan, di caci maki sampai mati di kayu salib.
3.     Melambangkan pendamaian => hubungan manusia yang rusak oleh dosa dipulihkan, melalui penderitaannya dan kematiannya, akhirnya manusia mengerti semua yang Tuhan hadapi, rela dihina, menderita dan mati merupakan bukti kasih nyata Tuhan pada manusia dan manusia mengerti Yesus adalah Tuhan. 
Bila kita melihat kehidupan para pengikut Tuhan siapapun tidak ada yang dapat menolak u/pikul salib. Siapapun kalau bisa menolak untuk pikul salib namun tidak ada seorangpun yang dapat menghidari untuk pikul salib. Memikul salib itu tidak enak karena menanggung beban. Bila Simon Kirene bersedia memikul salib walaupun di paksa oleh para prajurid. Mari kita juga sebagai pengikut Tuhan bersedia memikul salib kita masing-masing. Memang salib atau beban setiap orang berbeda. Mungkin salib dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan atau salib pribadi berkaitan dengan kesehatan dan sebagainya. Marilah kita pikul salib dengan setia dan percaya ada kekuatan dari Tuhan sehingga kita mampu memikul salib kita masing-masing. Kita semua punya salib, mari kita pikul dengan kekuatan yang yang dari Tuhan. Ringkasan khotbah Minggu, 13 Maret 2016 oleh Ev. A. Peni Asih

Ringkasan khotbah Minggu, 6 Maret 2016 oleh Lz. HERMAN NAPITUPULU

JADILAH SEPERTI YANG ENGKAU KEHENDAKI
Ibrani 4:14-16

            Orang yang bisa membebaskan seorang narapidana dari hukuman, bukanlah sesama  narapida, bukan orangtuanya, juga bukan tetangganya, melainkan hakim dalam pengadilan. Kenapa? Karena hakim mempunyai kuasa hukum untuk menetapkan hukuman atau membebaskan seseorang dari hukuman.  Sama halnya dengan kita, ketika kita berdosa, siapa yang bisa mengampuni kita, dan kepada siapa kita harus bersandar? Hanya Allahlah yang berkuasa untuk mengampuni kita, sebab dosa merupakan sebuah pelanggaran terhadap hukum Allah.  Namun bagaimana caranya kita dapat menghadap Allah yang suci itu dan meminta pengampunan? Bukankah kita yang berdosa itu tidak layak menghadap Allah yang suci?
Satu-satunya jalan yang disediakan Allah adalah melalui Yesus.  Yesuslah yang punya kuasa untuk menolong kita menghadap Allah. Ibrani 4:14 berkata bahwa Yesus telah melintasi langit. “Melintasi” artinya telah melampaui, melewati satu area. Untuk mengerti maksud dari kata “melintasi,” kita harus mengerti konteks jabatan Imam besar. Dulu pada masa PL, seorang Imam Besar memiliki satu tugas khusus satu kali dalam setahun. Dia harus “melintasi” ruang kudus untuk menuju ruang maha kudus yang dibatasi tabir pembatas. Dia masuk ke dalam ruangan paling kudus dalam rumah Tuhan untuk menghadap hadirat Tuhan. Di situlah Imam Besar menjadi perantara antara umat Tuhan dengan Tuhan, untuk meminta pengampunan dosa kepada Tuhan dengan mempersembahkan korban.
            Imam besar melintasi ruang kudus ke ruang maha kudus, tapi Yesus, Imam Besar Agung kita telah melintasi langit.  Ibrani 9:24 berkata: “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.” Dia telah masuk ke ruangan yang terkudus, yaitu sorga. Tidak sekali dalam setahun, tapi selama-lamanya. Yesus membukakan tabir pembatas antara kita dengan Allah untuk selamanya. Dan ketika tabir itu terbuka, maka kita dapat memohon pengampunan dosa kepada Allah.
             Dari bagian ini kita bisa mengerti bahwa Kristus itu adalah Pribadi yang superior dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Ia adalah pencipta dan penopang segala ciptaan-Nya. Ia mengerti perjalan detail kehidupan umat-Nya. Itulah sebabnya kita harus percaya terhadap segala sesuatu yang telah dirancangkan oleh-Nya. Percayalah, apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita saat ini, itu adalah rancangan terbaik. Dan ada maksud Tuhan di dalamnya.
Ringkasan khotbah Minggu, 6 Maret  2016 oleh Lz. HERMAN NAPITUPULU

Ringkasan khotbah Minggu, 28 Februari 2016 oleh Ev. Anam Peni Asih

MENJADI BERKAT MELALUI PERKATAAN
Efesus 4:29; Kolose 3:17
Perkataan seseorang memliki dampak yang luar biasa dalam kehidupan seseorang. Dengan mendengar perkataan seseorang dapat menjadi baik, demikian pula dengan sebaliknya melalui perkataan seseoang menjadi tidak baik.
Tujuan Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus supaya mereka memiliki kehidupan baru sebagai umat yang sudah percaya kepada Kristus.  
Judul dalam perikop dalam Kitab Efesus maupun Kolose sama “MANUSIA BARU”. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu ciri  manusia baru menjadi berkat melalui perkataan atau menjadi teladan melalui perkataan.
Seperti apakah perkataan yang menjadi berkat itu ?
1.    PERKATAAN YANG BAIK
Perkataan yang baik di sini bahasa aslinya AGATHOS artinya : berguna, baik dan cocok. Perkataan yang baik tujuannya supaya seseorang yang mendengarkan menjadi lebih baik. Orang yang mendengar akan memikirkan dan merenungkan perkataan yang baik itu kemudian melalui proses orang itu mau berubah. Contoh kisah seorang janda di Sarfat yang suaminya meninggal, sementara janda ini hanya memiliki segemgam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Tetapi saat itu Elia datang pada janda tersebut dan mengatakan berilah padaku sepotong roti. Janda ini mengatakan demi Allahmu yang hidup tidak, sesungguhnya tidak ada roti padaku, kecuali segemgam tepung dan sedikit minyak, setelah aku mengumpulkan kayu bakar ini, aku akan pulang dan mengolahnya  bagiku dan bagi anakku. Setelah kami memakannya kami akan mati (artinya sudah tidak ada yang dimakan lagi). Elia mengatakan, jangan takut (jangan putus asa, jangan kuatir) pulanglah, masaklah, buatlah sepotong roti bundar kecil bagiku, bagimu dan anakmu. Sebab firman Tuhan berkata, segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli tidak akan berkurang sampai Tuhan memberi hujan. Janda ini melakukan seperti yang dikatakan Elia dan betul janda dan anaknya dapat makan beberapa waktu lamanya sesuai firman Tuhan yang disampaikan Elia. Perkataan Elia cocok untuk janda yang sedang takut, kuatir karena ekonomi, Elia memberitahukan bahwa Tuhan memelihara umat-Nya, Tuhan tidak pernah meninggalkan dan membiarkan anak-anakNya. Melalui perkataannya Elia menjadi berkat bagi janda yang sedang kuatir, putus asa dan takut
Mari kita jangan asal bicara tetapi mengucapkan perkataan yang berguna, yang baik dan cocok sehingga perkataan menjadi berkat bagi sesama.
2.    PERKATAAN YANG MEMBANGUN
Membangun yang dimaksud di sini adalah perkataan yang meneguhkan iman (oekodomee). Iman itu erat hubungannya dengan Tuhan. Untuk membangun hubungan dengan Tuhan kita membutuhkan orang lain. Banyak cara yang Tuhan pakai untuk membangun iman seseorang, salah satunya adalah melalui perkataan yang membangun. Tuhan Yesus pernah berkata,” Yang berbahagia adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya (Lukas 11:28)” Ini artinya menurut Tuhan bahwa orang
yang mendengarkan dan melakukan firman itu berbahagia, karena menjadi berkat bagi sesama dan nama Tuhan dimuliakan. Tuhan tidak pernah mengatakan berbahagialah orang yang pandai, yang punya uang, yang punya jabatan dst karena semuanya itu hanya sementara.
Bagaimana dengan perkataan kita, apakah meneguhkan iman sesama atau meragukan atau melemahkan iman sesama ?
Marilah kita bertekad menjadi berkat bagi sesama melalui perkataan yang baik dan membangun sesama.

Ringkasan khotbah Minggu, 28 Februari 2016 oleh Ev. Anam Peni Asih

Ringkasan khotbah Minggu, 21 Februari 2016 oleh Pdt. DJONI FEBRIANTO

MENJADI TELADAN DALAM PELAYANAN 
Yohanes 21:15-17
Berikut ada beberapa hal penting yang harus kita miliki sebagai seorang pelayan Tuhan, agar pelayanan dapat menjadi berkat.
1.      Pelayan Teladan : Pelayan Tuhan yang mendasari  semua pelayanannya dengan hati yang penuh kasih
Dalam Yohanes 21:15-17: “Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.”  Jadi antara kasih dan pelayanan, sangat erat sekali hubungannya.
2.      Pelayan teladan,  memiliki nama baik/kesaksian hidup yang baik 
2  Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 3  bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, 4  seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. 5  Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 6  Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. 7  Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.” (1 Timotius 3:2-7). Watak, karakter, sifat, kesaksian hidup, kekudusan hidup kita sebagai pelayan Tuhan, merupakan pondasi dalam pelayanan.Bila pondasi ini runtuh, maka runtuhlah seluruh pelayanan kita.
3.      Pelayan teladan : memiliki komitmen yang kuat  dalam pelayanan 
Pelayanan tanpa komitmen tidak akan bisa terlaksana dengan baik. Sebelum kita menjabat baik sebagai hamba Tuhan, majelis dan pengurus komisi, setiap kita sudah berjanji di hadapan Tuhan dan jemaat saat kita dilantik dulu.Wahyu 3:15-16:”Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Dari ayat ini jelas bahwa Tuhan menghendaki kita itu sungguh-sungguh dalam pelayanan.Tidak setengah-setengah, tidak suam-suam kuku, tidak asal-asalan.Melainkan benar-benar punya komitmen dan tekad yang bulat untuk melayani Tuhan dengan setia.
4.      Pelayan Teladan : memiliki hati sebagai seorang hamba ?
Ketika kita melayani Tuhan, kita tidak menempatkan diri kita sebagai bos, tetapi sebagai hamba /pelayan. Orang yang melayani, tetapi masih suka menonjolkan egonya, harga dirinya, nama baiknya, talentanya, karunianya dll, maka orang itu sebenarnya belum siap untuk
melayani. Bila kita sudah siap melayani, benar-benar kita harus melatih kerendahan hati kita. bisa terjadi dalam pelayanan kita, nama kita tidak disebutkan, bisa jadi pelayanan kita tidak dilihat orang, bisa jadi pelayanan kita tidak dihargai orang dstnya. Bisa jadi kita masih banyak terima kritik ini, kritik itu yang tidak membangun, nah apakah kita tetap akan melayani ?Dalam pelayanan tidak sedikit orang yang mundur, karena merasa pelayanannya tidak dihargai.Filipi 2: 5-8: “5  Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
5.      Pelayan teladan: siap berkorban dalam pelayanan

Tuhan Yesus sudah korbankan nyawanya demi melayani kita.Paulus juga berani pertaruhkan nyawanya demi pelayanan.  Dalam Kisah Rasul 20:24 Paulus berkata: “ Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” Mungkin kita belum sampai seperti Paulus mengorbankan nyawanya, kita baru berkorban tenaga, pikiran, waktu, harta dll. Tetapi pertanyaannya apakah sungguh-sungguh kita sudah rela berkorban bagi pelayanan? Ringkasan khotbah Minggu, 21 Februari 2016 oleh Pdt. DJONI FEBRIANTO