Ringkasan khotbah Minggu, 14 Februari 2016 oleh Pdt. MARTIN NAINUPU

TELADAN DALAM KELUARGA 


KPR 16 : 1 – 2; II Timotius 1 : 5
Apakah bpk/ibu pernah merasa bangga atas keberhasilan anak bpk /ibu yang mejadi murid atau siswa teladan di sekolah?  Ataukah justru bpk/ibu merasa kecewa atas ulah kenakalan anak bpk/ibu? (Amsal 10:1)Dari keluargalah ditentukan macam anak/orang yang akan bermasyarakat. Dari keluarga dihasilkan seorang anak teladan, anak berpretasi, anak yaang berguna bagi orang tua, gereja dan masyarakat. Dari keluarga lahir seorang guru, dokter, ekonom, ahli hukum dan lain-lain. Tetapi dari keluarga jugalah lahir seorang anak pemberontak, perampok, penipu bahkan pembunuh.
Dari penjelasan singkat di atas, kita dapat menarik  kesimpulan bahwa keluarga adalah unit paling kecil dalam masyarakat, tetapi sangat menentukan. Maka sebagai keluarga Kristen, kita ditantang untuk melihat, seperti apakah keluarga kita hari ini??? Sekaligus kita diajak untuk belajar bagimana menjadi keluarga yang baik sesuai dengan ajaran iman kita.
Keluarga Kristen diibaratkan sebagai garam dan terang. Garam memberi pengaruh positif dan rasa kebermaknaan bagi sesama kita. Terang memberi penerangan dan sukacita bagi orang-orang disekitar kita. Singkatnya keluarga Kristen harus menjadi keluarga teladan bagi orang-orang disekitar kita dan teladan ini harus dimulai dari dalam keluarga kita sendiri.
Menjadi teladan itu adalah suatu tema dengan cakupan yang sangat luas. Karena itu kita persempit tema ini sebagai berikut: “menjadi teladan iman dalam keluarga”. Timotius adalah seorang anak blasteran, Eunike Ibunya dan Lois neneknya adalah orang  Jahudi atau agama Jahudi. sedang ayahnya seorang Yunani dengan tidak jelas agamanya. Tetapi pada umumnya orang Yunani percaya kepada dewa-dewa di puncak Olimpus – Athena.
Harus diakui bahwa seorang anak yang mempunyai ayah dan ibu yang beda agama, seperti Tomotius, itu bukanlah hal yang mudah. Sebab anak bisa bingung mau ikut ajaran agama ayah atau ajaran agama ibu. Karena bingung, bisa jadi bahwa anak tidak peduli dengan ajaran agama, bahkan anak bisa tumbuh menjadi anak yang cenderung berbuat hal-hal yang tidak pantas, seperti suka mabuk-mabukan, suka melawan orang tua dll.
Tetapi Firman Tuhan yang kita baca hari ini, menyebutkan bahwa Timotius adalah seorang murid (percaya kepada Tuhan Yesus) yang terkenal baik. Oleh sebab itu Paulus merekrut dia menjadi rekan kerjanya, bahkan dikemudian hari Timotius menggembalakan di beberapa jemaat waktu itu. Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana Timotius bisa menjadi sangat terkenal baik dan menjadi hamba Tuhan di beberapa jemaat di era Paulus?
Firman Tuhan mencatat bahwa Timotius bisa jadi anak yang terkenal baik karena pengaruh atau peran ibunya dan neneknya. Timotius dibesarkan dengan ajaran sesuai dengan iman ibu dan neneknya yaitu iman kepada Tuhan Yesus. Ibu dan neneknya menjadi teladan iman dalam keluarga (II Tim. 1 : 5). Iman kepada Tuhan Yesus mula-mula hidup di dalam neneknya Lois. Neneknya yang percaya kepada Tuhan Yesus, ia menanamkan iman yang sama kepada Eunike ibunya Timotius. Kemudian Nenek dan ibunya bersama-sama mewariskan iman yang sama kepada Timotius. Lois dan Eunike tahu benar bahwa warisan terbesar dan termahal yang perlu diwariskan kepada Timotius ialah warisan iman kepada Tuhan Yesus. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, tentu ibu dan nenek Timotius selalu menanamkan iman kepada Timotius melalui hal-hal yang nyata, bukan kata-kata belaka. Mereka menjadi contoh iman bagi Timotius, melalui tekun dalam ibadah. Doa yang teratur setiap hari dan kebiasaan membaca firman Tuhan setiap hari. Dari keteladanan orang tua, Timotius membangun imannya kepada Tuhan Yesus yang pada gilirannya Timotius terkenal menjadi orang yang baik.  
Bagi kita berlaku juga hal yang sama yaitu kita harus menjadi teladan iman bagi anak cucu kita. Jadi sebelum anak cucu kita beriman kepada Tuhan Yesus, kita sendiri sebagai orang tua harus mempunyai iman yang sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus. Firman Tuhan berkata bahwa “ Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, barang siapa berpaling kepada Allah ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6) Tuhan memberkati orang yang beriman dan sungguh-sungguh mencari Dia. Orang tua yang beriman dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan
Yesus, maka anak cucunya akan diberkati. Iman itulah yang harus diwariskan kepada anak cucu supaya mereka juga diberkati anak cucu selanjutnya.  Apa yang kita miliki itu yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita. Warisan terbesar yang harus kita wariskan kepada
anak cucu kita ialah warisan iman kepada Tuhan Yesus. Iman adalah pegangan hidup di dunia ini sampai kepada hidup yang kekal. 
Iman kepada Tuhan Yesus terlihat melalui ibadah keluarga, doa keluarga, membaca firman Tuhan dalam keluarga, menyanyi dan memuji Tuhan dalam keluarga. Hal-hal tersebut di atas adalah wujud dari kehidupan orang percaya. Anak-anak waktu masih kecil itulah saat yang sangat tepat untuk membiasakan mereka dengan kebaktian bersama, berdoa bersama, membaca Alkitab bersama.
Hari ini banyak keluarga berkata begini: Mumpung anak-anak masih kecil, baiklah kita kerja untuk sediakan kekayaan bagi mereka. Tentu  soal bekerja itu tidak salah, tetapi mereka sudah kehilangan kesempatan emas untuk menanamkan iman kepada anak-cucu mereka. Sebab setelah mereka bekerja dan mengumpulkan banyak uang, anak-anak mereka sudah beranjak besar dan harus tinggalkan mereka karena harus sekolah di kota lain. Betapa ruginya dan rasa menyesal yang tak berkesudahan, apa mau dibuat sudah kehilangan kesempatan emas itu. Anak-anak keluar dari rumah dengan tangan hampa iman (Mat. 16 : 26). Iman kepada Tuhan Yesus bukan soal kata-kata tetapi hal perbuatan. Artinya apa yang diperbuat oleh orang tua, itu pula yang ditiru oleh anak. Kalau orang tua rajin berdoa, tekun membaca firman Tuhan dan setia beribadah, maka anak cucu akan belajar meniru dan berbuat seperti orang tuanya. Anak belajar dari kehidupan orang tuanya, anak melihat memek orang tua waktu marah, anak mendengarkan tutur kata, pujian atau celaan kepada anak itu pula yang ia pelajari. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar kerkelahi. Jika anak dibesarkan dengan pujian dan penghargaan, ia belajar menghargai dirinya maupun orang lain. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang ia belajar menghargai kehidupan. Tentu kita mau memberikan kepada anak cucu kita contoh-contoh yang hidup dari iman kita yaitu setia dalam beribadah, tekun dalam doa dan tutur kata yang pantas sehingga dapat membangun iman dan karakter mereka.
Marilah kita membangun komitmen untuk menjadikan keluarga kita menjadi keluarga teladan dalam hal iman bagi anak cucu kita. Teladan iman yang terlihat melalui ibadah, doa, membaca firman Tuhan

secara teratur, dengan demikian kita mewariskan suatu pola hidup orang percaya bagi anak cucu kita. 
Ringkasan khotbah Minggu, 14 Februari 2016 oleh Pdt. MARTIN NAINUPU

0 komentar:

Posting Komentar