TELADAN DALAM KELUARGA
KPR 16 : 1 – 2; II Timotius 1 : 5
Apakah bpk/ibu
pernah merasa bangga atas keberhasilan anak bpk /ibu yang mejadi murid atau
siswa teladan di sekolah? Ataukah justru
bpk/ibu merasa kecewa atas ulah kenakalan anak bpk/ibu? (Amsal 10:1)Dari keluargalah
ditentukan macam anak/orang yang akan bermasyarakat. Dari keluarga dihasilkan
seorang anak teladan, anak berpretasi, anak yaang berguna bagi orang tua,
gereja dan masyarakat. Dari keluarga lahir seorang guru, dokter, ekonom, ahli
hukum dan lain-lain. Tetapi dari keluarga jugalah lahir seorang anak
pemberontak, perampok, penipu bahkan pembunuh.
Dari
penjelasan singkat di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga adalah unit paling
kecil dalam masyarakat, tetapi sangat menentukan. Maka sebagai keluarga
Kristen, kita ditantang untuk melihat, seperti apakah keluarga kita hari ini???
Sekaligus kita diajak untuk belajar bagimana menjadi keluarga yang baik sesuai
dengan ajaran iman kita.
Keluarga
Kristen diibaratkan sebagai garam dan terang. Garam memberi pengaruh positif
dan rasa kebermaknaan bagi sesama kita. Terang memberi penerangan dan sukacita
bagi orang-orang disekitar kita. Singkatnya keluarga Kristen harus menjadi
keluarga teladan bagi orang-orang disekitar kita dan teladan ini harus dimulai
dari dalam keluarga kita sendiri.
Menjadi
teladan itu adalah suatu tema dengan cakupan yang sangat luas. Karena itu kita
persempit tema ini sebagai berikut: “menjadi teladan iman dalam keluarga”. Timotius adalah seorang anak blasteran,
Eunike Ibunya dan Lois neneknya adalah orang Jahudi atau agama Jahudi. sedang ayahnya
seorang Yunani dengan tidak jelas agamanya. Tetapi pada umumnya orang Yunani
percaya kepada dewa-dewa di puncak Olimpus – Athena.
Harus
diakui bahwa seorang anak yang mempunyai ayah dan ibu yang beda agama, seperti
Tomotius, itu bukanlah hal yang mudah. Sebab anak bisa bingung mau ikut ajaran
agama ayah atau ajaran agama ibu. Karena bingung, bisa jadi bahwa anak tidak
peduli dengan ajaran agama, bahkan anak bisa tumbuh menjadi anak yang cenderung
berbuat hal-hal yang tidak pantas, seperti suka mabuk-mabukan, suka melawan
orang tua dll.
Tetapi Firman Tuhan
yang kita baca hari ini, menyebutkan bahwa Timotius adalah seorang murid (percaya kepada Tuhan
Yesus) yang terkenal baik. Oleh sebab itu Paulus merekrut dia menjadi rekan kerjanya,
bahkan dikemudian hari Timotius menggembalakan di beberapa jemaat waktu itu.
Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana Timotius bisa menjadi sangat terkenal
baik dan menjadi hamba Tuhan di beberapa jemaat di era Paulus?
Firman Tuhan mencatat
bahwa Timotius bisa jadi anak yang terkenal baik karena pengaruh atau peran
ibunya dan neneknya. Timotius dibesarkan dengan ajaran sesuai dengan iman ibu
dan neneknya yaitu iman kepada Tuhan Yesus. Ibu dan neneknya menjadi teladan
iman dalam keluarga (II Tim. 1 : 5). Iman kepada Tuhan Yesus mula-mula hidup di
dalam neneknya Lois. Neneknya yang percaya kepada Tuhan Yesus, ia menanamkan
iman yang sama kepada Eunike ibunya Timotius. Kemudian Nenek dan ibunya
bersama-sama mewariskan iman yang sama kepada Timotius. Lois dan Eunike tahu
benar bahwa warisan terbesar dan termahal yang perlu diwariskan kepada Timotius
ialah warisan iman kepada Tuhan Yesus. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan
Yesus, tentu ibu dan nenek Timotius selalu menanamkan iman kepada Timotius melalui
hal-hal yang nyata, bukan kata-kata belaka. Mereka menjadi contoh iman bagi
Timotius, melalui tekun dalam ibadah. Doa yang
teratur setiap hari dan kebiasaan membaca firman Tuhan setiap hari. Dari keteladanan
orang tua, Timotius membangun imannya kepada
Tuhan Yesus yang pada gilirannya Timotius terkenal menjadi orang yang
baik.
Bagi
kita berlaku juga hal yang sama yaitu kita harus menjadi teladan iman bagi anak
cucu kita. Jadi sebelum anak cucu kita beriman kepada Tuhan Yesus, kita sendiri
sebagai orang tua harus mempunyai iman yang
sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus. Firman Tuhan berkata bahwa “ Tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, barang siapa berpaling kepada Allah
ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”
(Ibrani 11:6) Tuhan memberkati orang yang beriman dan sungguh-sungguh
mencari Dia. Orang tua yang beriman dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan
Yesus,
maka anak cucunya akan diberkati. Iman itulah yang harus diwariskan kepada anak
cucu supaya mereka juga diberkati anak cucu selanjutnya. Apa yang kita miliki itu yang akan kita
wariskan kepada anak cucu kita. Warisan terbesar yang harus kita wariskan
kepada
anak cucu kita ialah
warisan iman kepada Tuhan Yesus. Iman adalah pegangan hidup di dunia ini sampai
kepada hidup yang kekal.
Iman
kepada Tuhan Yesus terlihat melalui ibadah keluarga, doa keluarga, membaca
firman Tuhan dalam keluarga, menyanyi dan memuji Tuhan dalam keluarga. Hal-hal
tersebut di atas adalah wujud dari kehidupan orang percaya. Anak-anak waktu
masih kecil itulah saat yang sangat tepat untuk membiasakan mereka dengan
kebaktian bersama, berdoa bersama, membaca Alkitab bersama.
Hari
ini banyak keluarga berkata begini: Mumpung anak-anak masih kecil, baiklah kita
kerja untuk sediakan kekayaan bagi mereka. Tentu soal bekerja itu tidak salah, tetapi mereka
sudah kehilangan kesempatan emas untuk menanamkan iman kepada anak-cucu mereka.
Sebab setelah mereka bekerja dan mengumpulkan banyak uang, anak-anak mereka
sudah beranjak besar dan harus tinggalkan mereka karena harus sekolah di kota
lain. Betapa ruginya dan rasa menyesal yang tak berkesudahan, apa mau dibuat
sudah kehilangan kesempatan emas itu. Anak-anak keluar dari rumah dengan tangan
hampa iman (Mat. 16 : 26). Iman kepada Tuhan Yesus bukan soal
kata-kata tetapi hal perbuatan. Artinya apa yang diperbuat oleh orang tua, itu
pula yang ditiru oleh anak. Kalau orang tua rajin berdoa, tekun membaca firman
Tuhan dan setia beribadah, maka anak cucu akan belajar meniru dan berbuat seperti
orang tuanya. Anak belajar dari kehidupan orang tuanya, anak melihat memek
orang tua waktu marah, anak mendengarkan tutur kata, pujian atau celaan kepada
anak itu pula yang ia pelajari. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar
memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar kerkelahi. Jika anak
dibesarkan dengan pujian dan penghargaan, ia belajar menghargai dirinya maupun
orang lain. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang ia belajar menghargai
kehidupan. Tentu kita mau memberikan kepada anak cucu kita contoh-contoh yang
hidup dari iman kita yaitu setia dalam beribadah, tekun dalam doa dan tutur
kata yang pantas sehingga dapat membangun iman dan karakter mereka.
Marilah kita
membangun komitmen untuk menjadikan keluarga kita menjadi keluarga teladan
dalam hal iman bagi anak cucu kita. Teladan iman yang terlihat melalui ibadah,
doa, membaca firman Tuhan
secara
teratur, dengan demikian kita mewariskan suatu pola hidup orang percaya bagi
anak cucu kita.
Ringkasan khotbah Minggu, 14 Februari 2016 oleh Pdt. MARTIN NAINUPU
0 komentar:
Posting Komentar