Rngkasan khotbah Minggu, 10 Januari 2016 oleh Ev. FRISTS HERIYANTO

MENATA HIDUP DALAM KESEIMBANGAN
Lukas 10:38-42

Yesus mengunjungi Maria dan Marta di Betania. Dalam kunjungan tersebut Marta menerima kunjungan-Nya dengan sukacita. Marta menyiapkan banyak hal untuk Yesus, sampai-sampai ia melupakan yang lainnya. Lukas mencatat bahwa Marta sibuk menyiapkan hidangan bagi sang tamu. Rupa-rupanya, bukan sekedar sibuk, “Marta sibuk sekali”.  Marta terjebak mengutamakan satu sisi. Sehingga  mengabaikan hal yang lainnya. Apa yang lain itu? Memperhatikan sang tamu, mendengarkan sang tamu, dan berinteraksi dengan sang tamu. Bagaimana dengan Maria? Apa yang ia lakukan? Lukas mencatat Maria “duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya”. Sampai di sini, muncul pertanyaan, apakah Maria tidak menyiapkan Yesus dengan jamuan makan? Bukankah Yesus adalah tamu? Yesus adalah seorang tamu. Namun di sisi yang lain, Yesus juga seorang guru, dan dua hal tersebut ditangkap oleh Maria. Lalu apakah Maria tidak menyiapkan Yesus dengan jamuan makan? Alkitab tidak berbicara soal itu, yang pasti, Yesus memuji tindakan Maria. Jika Maria mendapatkan pujian dari Yesus, sebaliknya Marta mendapatkan teguran dari-Nya. Ia hanya fokus pada satu sisi, sehingga mengabaikan yang lainnya. Pertanyaannya: apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Pertama, Marta salah mengambil posisi, ia salah menempatkan diri. Marta menempatkan diri sebagai seorang nyonya rumah. Yesus dan para murid-Nya ditempatkan sebagai tamu. Padahal, Yesus bukanlah sekedar tamu. Di sisi yang lain hubungan mereka adalah guru dan murid.  Kedua, Marta salah mengambil porsi. Yesus tidak keberatan jika Marta menyiapkan makanan dan minuman untuk-Nya dan para murid. Namun, tidak perlu berlebihan. Tidak perlu sampai membuatnya sibuk sekali. Itulah sebabnya Yesus menegur Marta. Jika Yesus hendak mencari tempat untuk makan, seperti rumah Marta bukanlah tujuan utamanya. Porsi yang diambil Marta terlalu berlebihan. Bukan hanya itu saja, banyak efek samping lainnya yang mengikuti.  Apa yang terjadi pada Marta? Terhadap diri sendiri, ia menjadi tertekan, bingung, kuatir, dan tidak mampu mengendalikan emosi. Dengan orang lain, ia menjadi iri hati, ia tidak mampu berkomunikasi dengan baik, ia marah pada Maria. Apakah Marta tidak dapat menyampaikan pesan secara langsung? Mengapa pesan tersebut disampaikan melalui Tuhan. Selanjutnya dampak dengan Tuhan, ia merasa tidak dikasihi “Tuhan tidakkah Engaku peduli?” Bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah hari ini kita salah mengambil posisi dan porsi dalam kehidupan pribadi, pelayanan, pekerjaan, dan keluarga, yang akhirnya kita hanya fokus kepada satu sisi dalam kehidupan ini? Dalam kehidupan pribadi, siapakah yang berada di posisi pengendali?  Apakah kita telah membagi porsi kehidupan pribadi kita dengan baik? Dalam kehidupan pelayanan, apakah kita telah mengambil porsi kita dengan benar? Apakah kita saat ini sedang sibuk sekali melayani Tuhan sehingga sisi-sisi kehidupan yang lain terabaikan? Pelayanan diberi cap luar biasa! Namun keluarga berantakan, kehidupan sosial terganggu, dan kesehatan mulai menurun. Inikah yang Tuhan inginkan? Atau ini ambisi kita? Dalam kehidupan pekerjaan, apakah kehidupan kita dihabiskan dengan bekerja dan bekerja? Bukankah kita memiliki keluarga? Bukankah tubuh kita membutuhkan istirahat? Bukankah kita butuh berinteraksi dengan sesama kita? Dalam kehidupan keluarga, apakah kita sadar siapakah kita? Suami? Istri? Anak? Seberapa besar porsi yang kita berikan untuk
keluarga? Hidup itu perlu ditata agar kita tidak terjebak di dalam situasi-situasi yang justru membahayakan kehidupan kita dan orang lain. Kita tidak bisa berat sebelah menekankan salah satu sisi kehidupan sehingga mengabaikan yang lainnya.
Tuhan ingin kita bijak di dalam menata kehidupan ini.

Rngkasan khotbah Minggu, 10 Januari 2016 oleh Ev. FRISTS HERIYANTO

0 komentar:

Posting Komentar