YESUS DATANG UNTUK MENYELAMATKAN
YESAYA 9:1-6
Setiap kali merayakan Natal, kita diingatkan bahwa Sang Bayi Natal bukanlah
sosok lemah sebagaimana wajarnya seorang bayi. Memang bayi manapun termasuk
bayi Yesus adalah sosok yang lemah, tetapi menyimpan potensi besar karena
esensi-Nya yang Ilahi: memiliki kuasa yang mampu menyelamatkan manusia dari
keterpurukan rohani akibat dosa. Yesaya menggambarkan kondisi tersebut seperti
seorang yang berjalan dalam kegelapan, tidak tahu kemana jalan yang harus dituju,
dan memiliki beban berat, bahkan terlalu berat untuk dapat dipikul. Namun
kehadiran Sang Bayi itu menjanjikan keselamatan bagi umat-Nya (ay. 1-3) dan
menjadikan karya pembenaran Allah sungguh2 nyata bagi mereka. Keselamatan Allah
melalui karya Mesias tersebut tidak berhenti pada tindakan pembenaran
(justification) tetapi berlanjut pada tindakan pengudusan (sanctification) yang
tergambar dalam gelar2 Mesias berikut ini:
Penasehat Ajaib (Wonderful Counselor). Allah sadar
bahwa manusia yang telah diselamatkan tidak hidup dalam dunia yang vakum:
kondisi ideal tanpa masalah2 yang harus diselesaikan. Sebaliknya, manusia tetap
ada di dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa; dunia yang tidak bertambah baik
melainkan bertambah buruk. Namun dalam kondisi demikian, orang percaya diminta
untuk tidak kalah dan menyerah terhadap kondisi yang demikian. Karena itu,
dibutuhkan karya Mesias sebagai Penasehat Ajaib yang akan memberikan nasehat
dan jalan keluar sehingga orang percaya tidak menghadapi jalan buntu. Itu
persis seperti saat kita main puzzle: betapa senangnya kita saat menemukan
hubungan serpihan puzzle yang satu dengan yang lain! Sang Penasehat Ajaib
selalu memberi harapan baru di tengah kesulitan yang terjadi!
Allah Yang Perkasa (The Mighty God). Gelar ini memiliki latar belakang Perjanjian
Lama yang kental tentang konsep Allah sebagai Panglima Perang, yang
menyelamatkan umat dari cengkeraman musuh mereka! Jadi, ini seharusnya bukanlah
ancaman karena Allah hadir dimana-mana dan kita tidak dapat bersembunyi daripada-Nya,
melainkan ini bersifat menenangkan karena Tuhan siap untuk menolong dan
menuntun kita bahkan di tengah situasi yang paling tidak kondusif sekalipun
(lihat Mz. 139:7-12). Sama seperti Panglima Perang selalu memiliki strategi
bahkan strategi rahasia untuk memenangkan pertempuran, demikian pula Allah
selalu memberi ide2 dan strategi2 yang menolong kita mengalami kemenangan dalam
hidup ini!
Bapa Yang Kekal (Everlasting Father). Kita harus bangga karena Kekristenan adalah
satu2nya agama yang menyebut Tuhan sebagai Bapa: suatu relasi kasih yang intim
dan sedemikian dekat. Namun itu tidak boleh disalahgunakan sehingga kita merasa
aman2 saja bahkan ketika hidup dalam dosa. Itu bukanlah konsep kasih karunia
yang benar dan sehat: itu adalah konsep “hyper-grace” (pemahaman berlebihan
tentang kasih karunia Allah) atau “cheap grace” (anugerah murahan) yang membuat
orang percaya tidak peduli dengan kekudusan hidupnya karena merasa sudah
memegang tiket masuk Surga! Kasih Allah seharusnya mendorong kita untuk mengasihi-Nya
tanpa batas!
Raja Damai (Prince of Peace). Bagi orang percaya, Tuhan menjanjikan damai
sejati, damai bukan karena ketiadaan masalah, tetapi karena kehadiran Kristus:
kehadiran yang menolong orang percaya hidup dalam kebenaran dan bukan akal2an
demi menyelamatkan diri atau posisi. Jadi sama seperti perdamaian sejati
dialami oleh orang yang terbebas dari dosa, demikian pula orang2 yang hidup
dalam kebenaran adalah motor bagi terciptanya perdamaian mulai dari lingkup
terkecil sampai kesempurnaan damai dalam Kerajaan Allah di masa depan!
Marilah kita mengerjakan keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan dengan
takut dan gentar (Filipi 2:12) hingga makin banyak yang melihat hidup kita dan
memuliakan Allah. Amin.
Ringkasan khotbah Minggu, 27 Desember 2015 oleh Pdt. GUMULYA DJUHARTO
0 komentar:
Posting Komentar