Ringkasan khotbah Minggu, 20 Desember 2015 oleh Pdt. GUMULYA DJUHARTO

YESUS DATANG UNTUK MENYELAMATKAN 
YESAYA 9:1-6
Setiap kali merayakan Natal, kita diingatkan bahwa Sang Bayi Natal bukanlah sosok lemah sebagaimana wajarnya seorang bayi. Memang bayi manapun termasuk bayi Yesus adalah sosok yang lemah, tetapi menyimpan potensi besar karena esensi-Nya yang Ilahi: memiliki kuasa yang mampu menyelamatkan manusia dari keterpurukan rohani akibat dosa. Yesaya menggambarkan kondisi tersebut seperti seorang yang berjalan dalam kegelapan, tidak tahu kemana jalan yang harus dituju, dan memiliki beban berat, bahkan terlalu berat untuk dapat dipikul. Namun kehadiran Sang Bayi itu menjanjikan keselamatan bagi umat-Nya (ay. 1-3) dan menjadikan karya pembenaran Allah sungguh2 nyata bagi mereka. Keselamatan Allah melalui karya Mesias tersebut tidak berhenti pada tindakan pembenaran (justification) tetapi berlanjut pada tindakan pengudusan (sanctification) yang tergambar dalam gelar2 Mesias berikut ini:
Penasehat Ajaib (Wonderful Counselor). Allah sadar bahwa manusia yang telah diselamatkan tidak hidup dalam dunia yang vakum: kondisi ideal tanpa masalah2 yang harus diselesaikan. Sebaliknya, manusia tetap ada di dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa; dunia yang tidak bertambah baik melainkan bertambah buruk. Namun dalam kondisi demikian, orang percaya diminta untuk tidak kalah dan menyerah terhadap kondisi yang demikian. Karena itu, dibutuhkan karya Mesias sebagai Penasehat Ajaib yang akan memberikan nasehat dan jalan keluar sehingga orang percaya tidak menghadapi jalan buntu. Itu persis seperti saat kita main puzzle: betapa senangnya kita saat menemukan hubungan serpihan puzzle yang satu dengan yang lain! Sang Penasehat Ajaib selalu memberi harapan baru di tengah kesulitan yang terjadi!
Allah Yang Perkasa (The Mighty God).  Gelar ini memiliki latar belakang Perjanjian Lama yang kental tentang konsep Allah sebagai Panglima Perang, yang menyelamatkan umat dari cengkeraman musuh mereka! Jadi, ini seharusnya bukanlah ancaman karena Allah hadir dimana-mana dan kita tidak dapat bersembunyi daripada-Nya, melainkan ini bersifat menenangkan karena Tuhan siap untuk menolong dan menuntun kita bahkan di tengah situasi yang paling tidak kondusif sekalipun (lihat Mz. 139:7-12). Sama seperti Panglima Perang selalu memiliki strategi bahkan strategi rahasia untuk memenangkan pertempuran, demikian pula Allah selalu memberi ide2 dan strategi2 yang menolong kita mengalami kemenangan dalam hidup ini!
Bapa Yang Kekal (Everlasting Father).  Kita harus bangga karena Kekristenan adalah satu2nya agama yang menyebut Tuhan sebagai Bapa: suatu relasi kasih yang intim dan sedemikian dekat. Namun itu tidak boleh disalahgunakan sehingga kita merasa aman2 saja bahkan ketika hidup dalam dosa. Itu bukanlah konsep kasih karunia yang benar dan sehat: itu adalah konsep “hyper-grace” (pemahaman berlebihan tentang kasih karunia Allah) atau “cheap grace” (anugerah murahan) yang membuat orang percaya tidak peduli dengan kekudusan hidupnya karena merasa sudah memegang tiket masuk Surga! Kasih Allah seharusnya mendorong kita untuk mengasihi-Nya tanpa batas!
Raja Damai (Prince of Peace).  Bagi orang percaya, Tuhan menjanjikan damai sejati, damai bukan karena ketiadaan masalah, tetapi karena kehadiran Kristus: kehadiran yang menolong orang percaya hidup dalam kebenaran dan bukan akal2an demi menyelamatkan diri atau posisi. Jadi sama seperti perdamaian sejati dialami oleh orang yang terbebas dari dosa, demikian pula orang2 yang hidup dalam kebenaran adalah motor bagi terciptanya perdamaian mulai dari lingkup terkecil sampai kesempurnaan damai dalam Kerajaan Allah di masa depan!
Marilah kita mengerjakan keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12) hingga makin banyak yang melihat hidup kita dan memuliakan Allah. Amin.      
Ringkasan khotbah Minggu, 27 Desember 2015 oleh Pdt. GUMULYA DJUHARTO

0 komentar:

Posting Komentar